REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara tropis, Indonesia kaya akan buah-buahan. Namun, kekayaan itu justru belum dioptimalkan sebagai salah satu sumber gizi utama.
Data Riset Kesehatan Dasar 2010, mencatat konsumsi buah di Indonesia, masih sangat rendah, yakni 40 kg/ kapita/ tahun. Jumlah ini jauh dari rekomendasi Badan Pangan Dunia (FAO) yakni minimal 67.5 kg/ kapita/ tahun.
Melihat masalah ini, ahli nutrisi Samuel Oetoro, MS, Sp.GK mengungkap alasan kuat di balik minimnya konsumsi buah masyarakat Indonesia adalah minimnya pengetahuan.
"Kebanyakan masyarakat kita menganggap konotasi buah itu hanyalah tambahan vitamin. Padahal manfaat buah lebih dari sekedar tambahan," kata dia di Jakarta, Selasa (30/4).
Menurut Samuel, konsumsi buah menjadi sangat penting mengingat jumlah zat berbahaya yang perlu dinetralisir cukup besar. Zat yang dimaksud adalah radikal bebas.
"Radikal bebas ini dapat menyerang pembuluh darah yang menyebabkan serangan jantung atau penuaan dini ketika menyerang jaringan kulit," kata dia.
Dikatakan Samuel, radikal bebas itu muncul karena banyak hal seperti metabolisme tubuh, polusi udara seperti asap kendaraan dan rokok. "Metabolisme, contoh sederhana itu makan. Kalau makan tubuh akan mengolah makanan disitu terbentuk radikal bebas," kata dia.
Lantas bagaimana cara mencegah dan menangkal radikal bebas, kata dia, jawabnya adalah mengonsumsi makanan yang mengandung anti-oksidan. Nah, kebanyakan anti-oksidan terkandung dibuah.
"Perlu dicatat selain konsumsi buah, cobalah hidup sehat, makan sehat, berpikir sehat, istirahat sehat, aktivitas sehat dan lingkungan sehat," kata dia.