Ahad 28 Apr 2013 08:32 WIB

Peneliti Temukan Keberadaan Muhammadiyah di Kalimantan Tengah Sejak 1937

Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar di Indonesia.
Foto: www.muhammadiyah.or.id
Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Peneliti dari Universitas Palangka Raya (Unpar) Prof Dr HM Norsanie Darlan MS PH bersama tim menemukan keberadaan organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah di Provinsi Kalimantan Tengah sejak tahun 1937.

"Dari hasil penelitian kami, ternyata keberadaan Muhammadiyah di Kalteng sebelum kemerdekaan Indonesia atau sejak 1937," ungkapnya kepada Antara Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Ahad.

Berdasarkan penelitian tersebut, dari 14 kabupaten/kota di Kalteng tercatat Muhammadiyah pertama kali berdiri di Kuala Kapuas, ibukota Kabupaten Kapuas (sekitar 40 Km barat Banjarmasin).
Guru besar pada perguruan tinggi negeri tertua dan terbesar di "Bumi Isen Mulang" Kalteng itu menerangkan penelitian itu dilakukan dalam rangka mewujudkan sebuah pepatah Bung Karno tempo dulu.
"Pepatah mendiang presiden pertama Republik Indonesia itu berbunyi; bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya," ungkapnya.
Profesor yang meniti karir sejak dari pegawai rendahan (pesuruh) itu mengaku pepatah Bung Karno tersebut yang menginspirasi dirinya melakukan penelitian tentang berdirinya Muhammadiyah di Kalteng.
Penelitian yang dibantu enam orang dosen untuk menulis sejarah masuknya Muhammadiyah di Bumi Isen Mulang (pantang mundur) itu juga berkaitan dengan seabad lebih berdirinya organisasi tersebut secara nasional.
"Dari seluruh provinsi di Indonesia mungkin hanya atau baru Muhammadiyah Kalteng yang melakukan penelitian, sekaligus membukukan sejarah organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan seabad silam itu di wilayahnya," katanya.
Sebagai salah satu bukti sejarah keberadaan Muhammadiyah di Kuala Kapuas sejak 1937 antara lain sekolah dan masjid, namun tak mengetahui siapa pendiri atau perintisnya.
Hal itu karena pendiri atau perintis berdirinya Muhammadiyah di provinsi yang memiliki luas lebih dari 154.000 Km2 itu satu persatu telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa.
"Namun kita dapat membayangkan, betapa berat tantangan mendirikan Muhammadiyah ketika itu masih berada dalam cengkeraman penjajah Belanda," lanjut mantan aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) tersebut.
Buku hasil penelitian berdirinya Muhammadiyah di Kalteng tersebut dibedah di Darul Arqam, Komplek Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, di ibu kota provinsi itu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement