Rabu 24 Apr 2013 17:53 WIB

Korban Banjir Patungan Beli Terpal

Terpal plastik
Terpal plastik

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Belasan kepala keluarga korban banjir luapan Sungai Citarum di Kampung Cikarees Kelurahan Baleendah Kabupaten Bandung terpaksa "patungan" atau iuran untuk membeli terpal untuk tempat pengungsian.

"Yah tidak ada terpal bantuan, terpaka kami patungan atau iuran uang sedikit-sedikit untuk beli terpal. Hasilnya tenda seperti ini," kata Ny Dedeh (55) salah seorang penghuji terpal pengungsian di dekat jalan raya Bojongsoang-Baleendah, Rabu.

Ny Dedeh merupakan salah satu dari 16 kepala keluarga lainnya di Kampung Cikarees yang rumahnya terendam banjir. Bahkan rumah Ny Dedeh kondisinya rusak berat akibat tergerus banjir.

Ia bersama kakaknya Ny Ida mengaku sudah 25 hari tinggal di "tenda biru" hasil patungan dari warga itu. Mereka tinggal di tenda yang didirikan di dekat bantaran Sungai Citarum itu tanpa akses listrik atau penerangan.

"Bila malam hari terpaksa kami tidur dalam gelap gulita, tidak ada listrik ke sini," kata Ny Dedeh.

Sedikitnya ada enam bangunan tenda terpal hasil patungan yang didirikan di lokasi itu. Bahkan dua diantaranya sebagian hanya menggunakan kain, sehingga bila hujan tiba mereka terpaksa harus terkena air hujan.

"Dulu sempat mendapat bantuan dari Kelurahan Baleendah, sekarang tidak ada lagi. Dulu katanya bantuannya dibawa ke lokasi longor di Cililin. Nggak tahu dah, sampai kapan kami hidup di tenda," kata Ny Ida menimpali.

Untuk kebutuhan sehari-hari, ia terpaksa berdiri di pinggir jalan untuk meminta sumbangan kepada para pengendara yang melintas. Uang itu kemudian digunakan untuk membeli bahan makanan untum keluarganya.

"Yang bekerja juga ada, namun tidak cukup. Terpaksa meminta bantuan seperti ini. Pal Lurah juga memberi izin asal tidak mengganggu jalan raya dan tetap menjaga keselamatan," kata Ny Dedeh yang mengaku sebagai buruh itu.

Kendati banjir sudah surut, kata Dedeh bukan berarti permasalahannya selesai, karena ia haru memperbaiki rumahnya yang nyaris ambruk. Banjir menggenang rumahnya setinggi atap dan dipastikan tidak layak lagi untuk dihuni.

"Rumah saya paling parah, pasti tidak bisa digunakan lagi," katanya menambahkan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement