REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Bin Ibrahim al-Mubarak mengatakan kekerasan yang terjadi pada tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di Arab Saudi sebenarnya masalah kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan.
"Masalah yang terjadi sebenarnya bukan karena peraturan yang ada di Arab Saudi, tetapi karena masalah tersebut dibesar-besarkan oleh media," katanya dalam kuliah umum "Pengembangan Hubungan Bilateral Dalam Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Arab Saudi dan Indonesia" di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rabu.
Ia mengatakan sebenarnya kasus itu masalah kecil, tetapi media massa terlalu membesar-besarkan, akibatnya terjadi pembentukan opini dari masyarakat dan mereka mulai marah akibat opini yang dibentuk media tersebut.
Meskipun diakui adanya tindakan kekerasan terhadap para TKI oleh warga Arab Saudi, tetapi di negara tersebut ada pengadilan dan ada polisi yang telah menangani kasus-kasus tersebut.
Mustafa pada kuliah tersebut juga menegaskan Arab Saudi sangat mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. Selama ini pemerintah setempat telah menyediakan sebanyak 250 beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di universitas di Arab Saudi seperti ini Universitas Al Qassim, Universitas King Abdul Aziz, dan Universitas Ummul Qura.
Selain memberikan beasiswa kepada mahasiswa asal Indonesia, saat ini Arab Saudi juga telah membangun Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta.
Bahkan dalam waktu dekat, lanjutnya, mereka akan membangun tiga cabang LIPIA di Medan, Surabaya, dan Makasar. Sebagai bukti, bentuk dukungan Arab Saudi terhadap pendidikan di Indonesia melalui kerjasama pendidikan. Kerajaan Arab Saudi juga mengirimkan tenaga dosen ke Indonesia dan sebaliknya.
Rektor UNS Ravik Karsidi pada kesempatan yang sama mengatakan saat ini UNS telah ada jurusan Sastra Arab di Fakultas Sastra dan Seni Rupa, selain itu juga pusat studi ekonomi Islam serta program S2 Ekonomi Syariah.