Selasa 23 Apr 2013 20:35 WIB

SBY Minta Kekerasan di Myanmar Dihentikan

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Heri Ruslan
 Anak-anak muslim mengambil air di sebuah kamp pengungsi bagi mereka yang terlantar akibat aksi kekerasan awal tahun ini luar Sittwe,  Myanmar,  Selasa (30/10).   (Soe Zeya Tun/Reuters)
Anak-anak muslim mengambil air di sebuah kamp pengungsi bagi mereka yang terlantar akibat aksi kekerasan awal tahun ini luar Sittwe, Myanmar, Selasa (30/10). (Soe Zeya Tun/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA --  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak Myanmar untuk menangani kekerasan kepada muslim Rohingnya.

Kekerasan yang dilakukan masyarakat masyoritas beragama Buddha ini, menurut SBY, akan berpengaruh terhadap seluruh umat Islam yang ada di Asia Tenggara.

SBY akan melakukan Kunjungan dua hari yaitu Selasa dan Rabu depan menyusul gelombang antimuslim di Myanmar. Tercatat kekerasan yang terjadi di pusat kota Meikhtila, 80 kilometer utara ibukota, Naypyitaw menyebabkan 43 warga meninggal yang rata-rata muslim meninggal.

Menurut SBY, jika tak ditangani dengan baik, maka dampaknya bukan hanya di Myanmar tetapi bisa mencapai Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

Kini keadaan sudah jauh lebih tenang di Meikhtila karena aparat keamanan sudah masuk dan memberlakukan darurat militer.

Berdasarkan pantauan Reuters sebelumnya serangan terorganisasi dengan baik dimana kepolisian terkesan menutup mata atas kejadian yang terjadi.SBY akan mendorong Myanmar untuk segera membahas kasus ini. Sehingga tak tercipta ketegangan dan kekerasan.

''Kita di Indonesia siap mendukung Myanmar mencapai tujuan itu,'' ucap dia  seperti dikutip Reuters, Selasa (23/4).

Pertemuan SBY dan Presiden Thein Sein juga akan membahas soal nota kesepahaman perdagangan bebas. SBY juga mengatakan selama ini Indonesia memiliki sejarah panjang persahabatan dengan pemimpin Myanmar semenjak era kepemimpinan militer.

Untuk itu, ucap SBY,  ia akan mengunjungi Myanmar untuk terus mendukung dan mempromosikan demokratisasi, pembangunan, penegakan hukum dan HAM.

Sebelumnya Kelompok HAM menyatakan Pemerintah Myanmar daerah ikut terlibat dalam peristiwa pembantaian Muslim. Namun, pemerintah Myanmra membantahnya.

Tahun lalu, sekitar 110 orang muslim meninggal di Rakhine. Tak hanya itu, 120 ribu orang mengungsi dan tinggal di tenda pengungsian. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement