REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengandalkan kekuatan kader sebagai magnet elektoral di pemilu 2014. Bagi PKS caleg-caleg tidak akan bisa berbuat banyak tanpa dukungan para kader.
"Kader adalah mesin partai. Ini sudah terbukti di Pemilu Jawa Barat dan Sumatera Utara," kata Sekjen PKS, Taufik Ridho di Jakarta, Senin (22/4).
Di pemilu 2014, lanjutnya, PKS kembali mencalegkan 58 kader yang telah duduk di DPR. Mereka, imbuh Taufik, diusung bukan karena telah menjabat sebagai anggota DPR. Melainkan karena memang diusulkan kembali oleh konstituen. "Di PKS caleg tidak mendaftar tapi diusulkan," ujarnya.
PKS mengusung 487 caleg untuk 77 daerah pemilihan di seluruh Indonesia. Ada sebanyak 38 persen caleg perempuan yang masuk daftar caleg PKS. Dari segi usia, caleg-caleg PKS berusia antara 30 sampai 50 tahun. "Caleg muda ada sekitar 80 persen," ujarnya.
Taufik menyatakan caleg PKS berasal dari beragam latar belakang profesi. Semua diproyeksikan berdasarkan kebutuhan legislasi di DPR. Secara pendidikan, mayoritas caleg PKS memiliki latar belakang S1. Proporsi mereka ada 57 persen. Berikutnya caleg berlatar belakang pendidikan S2 sebanyak 21,7 persen, S3 6,3 persen, dan SMA 12,4 persen.
Dari proporsi agama, mayoritas caleg PKS DPR RI berlatar belakang Islam. Namun untuk wilayah berpenduduk muslim sedikit seperti Papua dan Papua Barat PKS mengusung dua caleg nonmuslim. "Kita menargetkan satu kursi," kata Taufik.