REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Kementerian Perhubungan mengupayakan tarif kereta api kelas ekonomi tidak naik, meskipun ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Tarif KA ekonomi kami upayakan tetap. Saat ini kami sedang melakukan studi 'ability' untuk mengetahui kemampuan dan daya beli masyarakat," kata Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono seusai mengikuti "Environmentally Sustainable Transport (EST) Fun Bike" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Ahad (21/4) petang.
Kajian itu, lanjut dia, juga untuk menentukan besaran dana bantuan pemerintah kepada PT Kereta Api Indonesia dalam memberikan pelayanan publik atau "PSO".
"Selama ini PSO yang kami berikan adalah selisih antara biaya produksi yang ditetapkan oleh PT Kereta Api dengan daya beli masyarakat," katanya.
Oleh sebab itu, subsidi yang diberikan melalui program PSO kepada PT KAI untuk melayani penumpang kereta api kelas ekonomi tidak bisa mencapai 100 persen.
"Tentu kami tidak bisa memberikan subsidi sampai 100 persen karena PT KAI juga meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik," kata Bambang menambahkan.
Dia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menghilangkan kereta api kelas ekonomi. "Yang ada adalah peningkatan kualitas pelayanan kereta ekonomi. Dulunya tidak dilengkapi AC, sekarang ada," katanya.
Namun dia mengakui adanya pemusnahan beberapa gerbong penumpang kelas ekonomi yang usianya sudah tua. "Kalau kami melakukan peremajaan, biayanya malah tambah mahal. Makanya gerbong-gerbong yang sudah tua itu harus dihapus," kata Bambang.