REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan hujan besar masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek hingga penghujung April.
Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Hariadi mengatakan, musim kemarau baru mulai memasuki wilayah timur Indonesia. Sementara, wilayah barat, termasuk Jabodetabek, sedang memasuki masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau. Menurut dia, musim kemarau di wilayah Jabodetabek diprediksi baru akan terjadi sekitar bulan Mei.
Di masa transisi seperti ini, kata dia, memang akan terjadi hujan lebat pada siang dan sore hari. Biasanya hujan juga disertai angin kencang dan petir. "Kalau musim transisi memang hujannya seperti itu," ujar dia ketika dihubungi Republika, Jumat (19/4).
Namun, lanjut dia, dalam dua minggu terakhir ini sedang terjadi peningkatan suhu panas hingga dua derajat di perairan Samudera Hindia. "Karena panas itu muncul tekanan rendah yang menyebabkan cuaca tidak stabil," jelas dia.
Akibat hal itu, sambung Hariadi, intensitas dan curah hujan jadi meningkat. Hujan yang harusnya berlangsung selama dua jam bisa menjadi empat jam.
Namun, dia memastikan kondisi hujan yang ekstrem itu akan menurun beberapa hari ke depan. Ia juga memprediksi tidak akan ada lagi hujan besar yang menyebabkan banjir.