REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi pengeboman saat lomba maraton di Boston, Amerika Serikat (AS) kembali menjadi batu ujian. Apakah negara adidaya ini masih memiliki stereotip kecenderungan Islam teroris atau tidak.
Namun hal itu secara tegas dibantah oleh Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Scot Marciel. Scot memastikan bahwa stereotip yang selalu mengaitkan aksi kekerasan dan teror di AS dengan Islam tidak akan terjadi.
"Pemerintah AS tidak akan mencurigai muslim sebagai pelakunya, karena ini adalah tindakan kriminal bukan kekerasan atas nama agama," ujar Scot Marciel dalam acara Dialog Kerukunan Beragama antara Amerika dan Indonesia di Masjid Sunda Kelapa, Kamis (18/4).
Lebih lanjut, Scot mengatakan, pihak kepolisian dan penyidik hingga saat ini belum tahu siapa pelakunya. Ia pun memastikan selama belum diketahui pelaku pegeboman yang sebenarnya, Pemerintah AS memastikan tidak akan menuduh pihak manapun.
Scot mengaku menyampaikan pernyataan tersebut sama seperti apa yang telah disampaikan Presiden Obama terkait bom Boston. "Sama seperti yang disampaikan Presiden Obama, tidak akan menyudutkan salah satu komunitas agama apapun sebelum ada bukti yang mengarah kesana," katanya.
Meski demikian, Scot mengaku masih ada sikap warga AS yang menggeneralisasi teroris sebagai Islam dan adanya islamofobia. Akan tetapi, jumlah mereka sangat sedikit, dibandingkan mereka yang lebih toleran.