Rabu 17 Apr 2013 14:55 WIB

Penderita Hemofilia di Jatim Capai 294 Orang

Ilustrasi.
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Penderita hemofilia (kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah) yang terdeteksi di sejumlah rumah sakit di Jawa Timur hingga saat ini mencapai 294 orang.

"Ini sedikit karena banyak penderita hemofilia yang tidak terdeteksi," kata Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) Jatim Yayuk Emilia saat memperingati Hari Hemofilia se-dunia pada 17 April dengan membagikan bunga kepada para pasien hemofilia di RSUD Soetomo Surabaya, Rabu (17/4).

Menurut dia, selama ini penderita hemofilia di Jatim mendapat perawatan yang cukup baik di sejumlah rumah sakit seperti RSUD Soetomo, RSUD Soewandhie Surabaya, RSUD Syaiful Anwar Malang dan RSUD Sidoarjo.

Ia menjelaskan bahwa hemofilia merupakan penyakit genetik yang sangat membahayakan dan mematikan jika tidak mendapat perhatian khusus atau pengobatan secara teratur di rumah sakit.

"Pada penderita ini terjadi pembekuan sendi-sendi dan pendarahan terus menerus. Jika tidak ada obatnya susah untuk berhenti. Kalau tidak ditolong maka tipis harapannya untuk hidupnya," katanya.

Biasanya secara fisik, lanjut dia, penderita hemofilia tidak bisa normal atau terjadi cacat permanen. "Ini dikarenakan jika terjadi luka, lukanya tidak sembuh-sembuh. Ini perlu pengobatan secara terus menerus di rumah sakit," katanya.

Sedangkan pengobatan untuk penderita hemofilia cukup mahal sehingga kebanyakan keluarga penderita hemofilia yang tidak mampu berobat tidak akan memeriksakan ke rumah sakit. "Kebanyakan penyakit hemofilia di Jatim terjadi pada anak-anak. Jika dahulu anak-anak menjelang dewasa sudah meninggal. Tapi saat ini mulai menurun karena banyak orang tua yang melakukan terapi atau pengobatan di rumah sakit," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement