REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Sebanyak 55 imigran gelap asal Rohingya Myanmar yang sempat diamankan di Pondok Pesantren Nahdlotul Khodirin Kabupaten Banyuwangi, tiba di Kantor Imigrasi Jember, Jawa Timur, Senin (15/4).
Kepala Imigrasi Jember Mujantoro mengatakan petugas masih melakukan pendataan lebih detail terhadap 55 imigran muslim Rohingya yang sebagian membawa anak-anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). "Hasil pendataan sementara, imigran muslim Rohingya terdiri dari 35 laki-laki, 10 perempuan, dan sisanya adalah anak-anak dan balita dengan perincian empat anak laki-laki dan enam anak perempuan," tuturnya.
Pihaknya juga melakukan koordinasi internal untuk memutuskan apakah semua imigran gelap Rohingya akan diinapkan atau tidak karena seluruh rumah detensi di Jatim sudah penuh.
Sementara salah seorang imigran, Rafiq, mengaku sudah tidak betah tinggal di Myanmar dan ingin mencari suaka politik di Pulau Christmas Australia. "Saya bersama lima teman lainnya ingin pindah dari Myanmar karena konflik agama yang terjadi dan nekat menyeberangi Indonesia untuk menuju Australia," tuturnya.
Menurut dia, kaum minoritas di sana selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik, bahkan tidak bisa mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak sebagaimana mestinya.
Rafiq bersama teman-temannya sempat tinggal di Malaysia, namun ada iming-iming dari seseorang untuk pergi ke Australia dengan biaya murah, sehingga puluhan imigran Rohingya tersebut meninggalkan Malaysia untuk menuju Australia. "Kami menggunakan kapal dan sempat berhenti di Jakarta, Surabaya, dan di Banyuwangi, kemudian ditangkap aparat kepolisian di sebuah ponpes," ujarnya.
Polres Banyuwangi mengamankan puluhan imigran gelap Rohingya dari Pondok Pesantren Nahdlotul Khodirin di Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Sabtu (13/4), kemudian imigran tersebut ditempatkan di Gedung Pramuka GOR Banyuwangi.