Ahad 14 Apr 2013 20:55 WIB

NU Tolak Minta Maaf kepada Partai Komunis Indonesia, Ini Alasannya

Nahdlatul Ulama
Foto: abunamira.wordpress.com
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --  Ketua PBNU HA Slamet Effendy Yusuf menegaskan bahwa pihaknya menolak meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) karena PKI bukanlah korban, melainkan pemberontak.

"Mereka memang menuntut negara, TNI, dan NU meminta maaf, tapi hal itu tidak mungkin karena NU itu anti-komunis dan komunis itu bertentangan dengan Pancasila," katanya di Surabaya, Minggu.

Ketika berbicara dalam seminar nasional "Kebebasan dan HAM dalam Koridor Pancasila" di Kantor PCNU Surabaya, ia menjelaskan keturunan PKI sekarang memang pintar mengemas seolah-olah PKI adalah korban.

"Tapi, NU memiliki bukti sejarah bahwa PKI adalah pemberontak yakni shalawat badar dan Banser. Shalawat Badar diciptakan pimpinan NU di Banyuwangi untuk melawan PKI. Itu sama dengan Banser, jadi hal itu membuktikan bahwa PKI itu musuh, bukan korban," katanya.

Dalam seminar yang juga menampilkan Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen (TNI) dan Brigjen Pol Anton Tabah (staf khusus Kapolri), Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengajak negara dan TNI untuk tidak melayani tiga tuntutan PKI yakni maaf, kompensasi, dan rehabilitasi.

"Kita justru harus waspada, karena mereka sekarang bukan berhadapan langsung dengan TNI, NU, dan negara, melainkan melakukan penyusupan," katanya.

Menurut dia, penyusupan itu bukan hanya dalam bentuk "Paguyuban Korban Orde Baru", namun mereka juga menyusup ke parlemen di Senayan, birokrasi melalui pilkada langsung, dan bahkan menyusup ke NU.

"Banyak anak-anak muda NU yang mulai tertarik dengan ajaran Marxisme dan banyak kalangan yang mulai melihat pemberontakan G-30-S/PKI sebagai rekayasa Orde Baru, padahal generasi sekarang tidak tahu banyak tentang PKI. NU punya bukti siapa mereka," katanya.

Hal senada diungkapkan Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen yang sekarang menjadi politisi PPP. "Pemberontakan PKI sebagai rekayasa Orba itu tidak benar, karena PKI sempat mengajak Soeharto, tapi Soeharto tidak mau," katanya.

Pandangan itu juga dibenarkan staf khusus Kapolri Brigjen Pol Anton Tabah. "Generasi muda sekarang perlu diberitahu fakta yang sebenarnya terjadi saat itu, karena PKI memutarbalikkan fakta, sedangkan generasi muda tidak mengalami fakta yang sebenarnya," katanya.

Baginya, melawan PKI merupakan jihad yang sesungguhnya, karena PKI itu memiliki pola yang lihai yakni penunggangan atau penyusupan yang bila tidak diwaspadai akan menyebabkan terjadi ketegangan lagi seperti tahun 1948 dan 1965.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement