Ahad 14 Apr 2013 19:34 WIB

Musim Tanam Gadu di Karawang Mundur

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Heri Ruslan
Petani menanam padi di sawah (ilustrasi).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petani menanam padi di sawah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Tanam musim gadu pertama 2013, di Kabupaten Karawang mengalami keterlambatan. Kondisi itu, disebabkan anomali cuaca pada 2012 lalu. Sehingga, berdampak pada kemunduran masa tanam musim rendeng 2012-2013.

Akibatnya, masa tanam di tahun ini mengalami pergeseran juga. Selain akibat cuaca, mundurnya masa tanam ini disebabkan serangan hama.

Kepala bidang tanaman pangan dinas pertanian kehutanan perkebunan dan peternakan Karawang, Nanang Sumpena, mengaku, seharusnya masa tanam gadu pertama ini terhitung 1 April yang lalu. Namun, sudah berjalan dua pekan, belum ada petani yang turun ke sawah.

"Petani di golongan air satu juga, masih menunda tanam," ujar Nanang, kepada Republika Online, Ahad (14/4).

Alasan petani belum turun nyawah itu, yakni, di golongan air tiga sampai lima masih ada yang belum panen. Bahkan, di golongan air itu sedang marak serangan hama. Bila petani di golongan air satu tanam, khawatir hama itu akan bermigrasi.

Selain itu, mundurnya masa tanam ini disebabkan, pada 2012 lalu mayoritas petani di Karawang kesulitan air. Sehingga, musim tanam gadu kedua dan rendeng juga mengalami keterlambatan. Seharusnya, akhir Maret kemarin seluruh area sawah di lima golongan air itu sudah panen. Tapi, pada kenyataannya saat ini masih ada sekitar 60 ribu hektare lagi yang belum panen.

Dengan kondisi ini, lanjut dia, diperkirakan masa tanam musim rendeng ini akan kembali mundur sampai dua bulan kedepan. Bahkan, diprediksi petani di golongan air satu akan mulai turun ke sawah sekitar akhir Mei mendatang.

Disebutkan Nanang, target luasan tanam musim gadu pertama ini sekitar 97.529 hektare. Namun, realisasinya masih belum diketahui. Mengingat masa tanamnya juga mundur.

Keterlambatan tanam ini, harusnya diperbaiki. Supaya, musim tanam serta panen di Karawang, sesuai dengan jadwal yang telah diatur berdasarkan surat keterangan gubernur. Namun, kembali lagi kenyataannya ada sejumlah kendala yang memengaruhinya. Salah satunya kesulitan air. Terutama, di saat musim gadu.

Dampak dari keterlambatan tanam ini, lanjut dia, yakni masa panen yang tak serempak. Hal itu, menyebabkan harga beras tetap di atas rata-rata. Selain itu, berkembangnya hama. Terutama, di saat musim rendeng. Serangan hama ini, tentunya menurunkan posisi tawar petani. Sebab, kualitas gabah mereka menurun.

"Untuk itu, diharapkan saat musim gadu pertama dan kedua ini tak ada masalah dengan suplai air," jelasnya.

Sementara itu, Ahmad Junaedi, petani asal Desa Wadas, Kecamatan Teluk Jambe Barat, mengaku, panen rendeng baru saja selesai pekan kemarin. Petani, tidak akan dulu turun ke sawah. Sebab, ada sejumlah faktor yang ditakuti petani. Yakni, serangan hama serta bencana banjir.

"Dari pada kami gagal tanam, lebih baik kita menghindari serangan hama dan banjir," ujarnya.

Apalagi, saat ini banyak tersiar kabar di wilayah hulu Citarum sudah banjir. Bila hulu banjir, maka hilir juga terancam. Karena itu, tanamnya lebih baik diundur. Ketimbang nanti ketika semai atau tandur, tanaman padi muda itu justru tergenang banjir.

Kabag pengelolaan data kualitas air PJT II Jatiluhur, Reni Mayasari, mengatakan, berdasarkan catatan PJT, untuk musim gadu pertama ini sudah ada 2.171 hektare sawah yang tanam. Ribuan hektare itu, tersebar di wilayah kerja PJT. Seperti, Indramayu, Subang, Karawang dan Bekasi. Bila diprosentasekan, sawah yang sudah tanam itu baru 0,98 persen dari rencana tanam seluas 220.456 hektare.

"Mudah-mudahan, target tanam itu tercapai," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement