Ahad 14 Apr 2013 03:43 WIB

MUI: Kontes Kecantikan Itu Pelecehan

Rep: Riana Dwi Resky/ Red: Mansyur Faqih
Pemenang Miss World 2012 Yu Wenxia dari Cina, dengan runner up Sophie Moulds (kiri) dan Jessica Kahawaty (kanan)
Foto: AFP
Pemenang Miss World 2012 Yu Wenxia dari Cina, dengan runner up Sophie Moulds (kiri) dan Jessica Kahawaty (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak kontes kecantikan Miss World digelar di Bali dan Sentul, Bogor. Kontes kecantikan tersebut dinilai melecehkan perempuan lantaran melakukan penilaian berdasarkan bentuk fisik dan wajah cantik semata.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Aminudin Yakub mengatakan, kontes ini selain melanggar nilai-nilai keagamaan tertentu, juga melanggar norma Pancasila dan nilai-nilai dasar budaya bangsa.

"Ini bukan sekedar persoalan pamer aurat, lebih dari itu. Kontes ini melecehkan kaum wanita," ujarnya pada Republika, Sabtu (13/4 )

Meskipun ada penilaian lain, misalnya, kontestan memiliki bakat dan kelebihan tertentu. Namun poin itu bukan menjadi poin utama. Poin utama tetap saja adalah tubuh yang proporsional dan seberapa cantik wajahnya. Sedangkan menilai seorang wanita berdasarkan kemolekan tubuh dan kecantikan wajah itu merupakan sebuah pelecehan.

Hal ini juga dinilai melanggar norma Pancasila, sebab melecehkan wanita merupakan tindakan yang tidak beradab. "Ingat, sila ke-2. Kemanusiaan yang adil dan beradab," ujarnya.

Aminudin juga menilai kontes ini tidak mengedukasi masyarakat dan sudah ketinggalan jaman. Kontes ini telah digelar selama 50 tahun di negara-negara maju. Indonesia baru akan menjadi tuan rumah pada saat kontes ini sudah tidak digemari lagi.

Menurutnya, Indonesia seharusnya lebih mengapresiasi acara-acara yang lebih fokus pada bakat-bakat anak muda yang positif. Perlombaan yang ditujukan pada pendidikan dan keahlian masyarakat. Sebab, masyarakat masih membutuhkan ruang-ruang kesempatan untuk menyalurkan bakat mereka.

Kontes seperti Miss World ini dinilai tidak menghargai sisi humanitas masyarakat. Manusia tidak dihormati bahkan cenderung bias dan diskriminasi sebab menilai wanita berdasarkan fisiknya semata. Bukan pada bakat, talenta dan keilmuan yang dimilikinya. 

"Mestinya itu yang kita hargai. Kalau kecantikan itu absurd," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement