REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden BJ Habibie mengaku prihatin dengan turunnya elektabilitas parpol Islam di Indonesia. Ini terbukti dari semakin rendahnya suara yang diperoleh parpol Islam, bahkan parpol Islam tidak bisa mengusung presiden beberapa akhir tahun ini.
Rendahnya elektabilitas parpol Islam, ujar Habibie, kalau dilihat dari kacamata demokrasi memang bagus. Apalagi kalau dilihat dari sudut pandang barat, pasti sangat bagus.
"Orang barat ekstrem kiri menilai agama hanya racun bagi proses kesejahteraan," ujarnya di dalam acara Serial I Dialog Demokrasi dan Peradaban Internasional yang diselenggarakan PKS di Bidakara, Jakarta, Kamis malam, (11/4).
Namun, kata Habibie, bagi umat Muslim, ini cukup memprihatinkan. Umat Islam di Indonesia sebanyak 87,1 persen. Indonesia merupakan negara muslim terbesar dunia dan negara demokrasi terbesar ke-3 dunia.
"Namun fakta politiknya, keterwakilan politik umat Islam Indonesia hanya sedikit sebab parpol Islam elektabilitasnya menurun," katanya.
Suara parpol Islam yang semakin turun, ujar Habibie, merupakan kenyataan yang harus direnungkan. “Kalau orang fanatik Islam pasti berkata, no…no…no karena tidak menerima kenyataan,”ujarnya.
Apakah menurunnya suara parpol Islam, tanya Habibie, karena parpol Islam terlibat money politic, politik transaksional. "Ini adalah pertanyaan yang harus dijawab dan direnungkan," katanya.