REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghitung penurunan emisi gas rumah kaca. Penelitian ini merupakan pengukuran kuantitatif penurunan emisi gas rumah kaca yang pertama kali di dunia.
Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca sangat dipengaruhi aktifitas manusia (antropogenik). Konsentrasi gas rumah kaca ini sangat berperan dalam mempengaruhi pemanasan global. Namun, hingga saat ini belum ada pengukuran kuantitatif langsung yang dapat membuktikan pernyataan tersebut.
Pernyataan yang ada sebenarnya hanya berdasarkan asumsi, teori, perkiraan, perhitungan model dan hasil kualitatif yang tidak menunjukkan pengukuran langsung yang nyata. Hal ini disebabkan sulitnya mengisolasi suatu wilayah yang menunjukkan ada atau tidaknya aktivitas manusia.
Indonesia ternyata memiliki satu wilayah tersebut, yakni Pulau Bali. Saat Hari Raya Nyepi aktivitas manusia berhenti total. Kondisi ini sangat ideal untuk dilakukan pengukuran.
BMKG melakukan Analisa Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada Hari Raya Nyepi di Bali selama sepekan sebelum dan sesudah Hari Nyepi, yaitu sejak 7-18 Maret 2013.
Penelitian dilakukan di lima lokasi di Bali, yakni Negara di barat, Singaraja di utara, Karangasem di Timur, Bedugul di Tengah dan Denpasar di selatan. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan hasil terhadap spesies gas rumah kaca karbon dioksida (CO2), dinitrogen oksida (N2O) dan metana (CH4).
"Ide penelitian ini sangat cemerlang sebab saat Nyepi seluruh aktivitas manusia berhenti total selama satu hari penuh. Selain itu, Pulau Bali juga terisolasi dari luar," ujar Kepala BMKG Sriworo B Harijono saat pemaparan hasil penelitian di Auditorium BMKG Pusat, Kamis (11/4).
Pengukuran dilakukan dengan fasilitas alat dan sumber daya yang dimiliki BMKG saat ini. Pengolahan data hasil pengukuran dianalisa dengan dua metode, yaktu metode absolut dan relatif. Metode absolut didasarkan pada perbandingan langsung konsentrasi antara dua pengukuran.