Kamis 11 Apr 2013 22:13 WIB

Kemeriahan Peringatan HUT Kabupaten Bandung Dikritisi

Rep: Ghalih Huriarto/ Red: Djibril Muhammad
Logo bandung
Foto: blogspot.com
Logo bandung

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Meriahnya peringatan Hari Jadi Kabupaten Bandung ke-372 dikritisi masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Diskusi Anggaran (FDA) meminta peringatan Hari Jadi Kabupaten Bandung sebagai introspeksi pemerintah.

Jangan sampai meriahnya peringatan hari jadi tidak memiliki manfaat yang banyak bagi masyarakat Kabupaten Bandung. Ketua Bidang Hukum dan Advokasi FDA, Deni Abdullah mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bandung harus sadar bencana yang terjadi di Kabupaten Bandung saat ini adalah akibat gagalnya tata kelola lingkungan.

Perayaan Hari Jadi Kabupaten Bandung, harusnya dilakukan dengan cara sangat bersahaja. "Bulan-bulan ini adalah bulan berkabung dan bulan-bulan bencana bagi masyarakat. Jadi seharusnya peringatan hari jadi bisa lebih sederhana," ujarnya di Soreang, Kamis (11/4). 

Di tengah penderitaan masyarakat yang terjadi saat ini, kata Deni, tidak selayaknya peringatan hari jadi dilakukan dengan mewah dan meriah. Hari Jadi Kabupaten Bandung ke-372 lebih baik dijadikan momentum introspeksi bagi para pemegang kebijakan, baik itu di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

"Alangkah lebih bijaksana, jika para pemimpin dan pemegang kebijakan dapat berempati lebih banyak kepada masyarakat yang sekarang sedang dilanda bencana," katanya.

Deni mengatakan, anggaran perayaan Hari Jadi Kabupaten Bandung direalokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih penting dan terasa manfaatnya. Anggaran bisa dialokasikan untuk kegiatan pembangunan dan penanganan pascabencana.

"Jangan lupa anggaran kebencanaan kita meskipun sudah naik tapi masih minim jika dibanding dengan potensi bencana yang ada," ujarnya.

Potret keprihatinan masyarakat juga masih dirasakan di Kabupaten Bandung. Kondisi infrastruktur yang ada di Kabupaten Bandung masih memprihatinkan. Di antaranya adalah jalan rusak yang masih dirasakan di berbagai kecamatan.

Misalnya di wilayah timur Kabupaten Bandung, seperti di Majalaya, Ciparay, dan Solokan Jeruk. Akses masyarakat terhadap air bersih pun masih minim. Dari sekitar 3,3 juta jiwa, pelayanan air bersih baru mencapai 9,41persen. Sedangkan jumlah rumah tidak layak huni mencapai 70.174 rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement