REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Korban banjir di Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat kesulitan mendapatkan air bersih pascabanjir yang melanda wilayah itu sejak Jumat (5/4).
"Warga kesulitan mendapatkan air bersih karena air sumur yang biasa dikonsumsi masih kotor karena banjir. Kami terpaksa menampung air hujan untuk kebutuhan memasak dan minum," kata Krisma Leni Sadodolu (22), warga Dusun Salappak, Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Selasa (9/4).
Menurutnya, banjir sudah mulai surut, setelah sebelumnya tergenang hingga setinggi sekitar tiga meter. Namun air masih masih tergenang di sekitar tempat tinggalnya. Warga mulai membersihkan rumah mereka dan membenahi perabotan yang berserakan di dalam rumah.
Warga juga telah mendapatkan bantuan 40 karung beras, mie istan, sarden, gula, kopi, teh dan air mineral dari BPBD Mentawai. "Semua telah dibagikan sejak kemarin (8/4)," ujarnya menambahkan.
Sementara, Manager Pusdalops PB Mentawai Hati Sama Hura mengungkapkan, Dusun Salappak, Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan merupakan daerah terparah yang dilanda banjir. "Penduduk di dusun itu sebanyak 97 kepala keluarga, dan seluruhnya terpaksa mengungsi karena ketinggian air mencapai tiga meter dan menenggelamkan sebagian rumah," katanya.
Saat ini, para pengungsi juga membutuhkan bantuan berupa makanan, seliimut, pakaian, kelambu, tikar, pakaian anak-anak dan pakaian wanita. Selain itu, di daerah tersebut juga dibutuhkan tim medis dan bantuan obat-obatan. "Sekarang ini stok obat-obatan memang masih cukup, namun masih tetap dibutuhkan karena sebagian korban banjir sudah ada yang terserang penyakit," katanya.