REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekitar 20 orang penyandang tunanetra dari Balai Rehabilitasi melakukan orientasi mobilitas di sepanjang Malioboro, yakni dari depan Hotel Garuda sampai Taman Pintar Yogyakarta, Selasa (9/4).
Akses jalan khusus untuk tunanetra ditandai dengan ubin berwarna kuning. Namun, mereka masih menemui banyak rintangan karena ada akses jalan khusus yang masih digunakan untuk tempat parkir ataupun berjualan. ''Kalau mau jalan di Malioboro masih banyak rintangan,'' kata salah seorang peserta orientasi, Harjunis.
Harjunis berharap, kalau bisa jalur khusus bagi tunanetra jangan digunakan untuk jualan atau parkir. Hal itu menjadi kendala buat mereka. "Buktinya saya sudah dua kali ikut orientasi ini tetap saja kesulitan," tuturnya.
Bagi para tunanetra yang belum terbiasa berjalan di Malioboro tentu akan mengalami kesulitan bila tidak menggunakan jalur khusus. Seorang instruktur dari Balai Rehabilitas Penyandang Disabilitas Dinsos DIY menyarankan pedagang supaya tidak berjualan di atas jalur khusus, para pedagang menolak. Mereka malah menyalahkan pemerintah yang memasang jalur khusus dipasang di tempat jualannya.
Kepala Dinas Sosial DIY, Untung Sukaryadi, mengaku mengalami kesulitan dalam memberikan pengertian kepada masyarakat agar tidak mengganggu keberadaan jalur khusus tunanetra. Padahal, sudah dilakukan beragam bentuk sosialisasi kepada warga, terutama yang beraktivitas di Malioboro.