REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Sertifikat UNESCO atas tas noken khas Papua diserahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh kepada Gubernur Papua Barat, Octavianus Atururi Rahimin Katjong, Ahad (7/4).
Tas khas Papua tersebut resmi diakui sebagai intangible heritage oleh UNESCO pada 4 Desember 2012.
"Noken bukan sekadar wadah fisik untuk tempat benda-benda fisik, tapi memiliki makna simbolik. Segala sesuatu itu perlu wadah, termasuk wadah kita berbangsa bernegara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata M. Nuh.
Kita sangat bangga dan berterima kasih karena Papua menghasilkan local wisdom, berupa produk yang tidak saja diakui pemerintah tapi juga UNESCO sebagai simbol dunia internasional," lanjut dia.
Sementara Atururi menyebutkan, noken adalah wadah menyimpan segala sesuatu. "Hari ini noken sudah go international. Kita bangga sebagai orang Papua. Ini sebagai harga diri. Kantong plastik boleh ada, tapi noken tetap noken," katanya.
Pengakuan UNESCO atas tas noken tak lepas dari jasa Titus Pekesi. Putra Papua yang menjadi peneliti di Lembaga Ekologi Papua ini mempelajari keunikan noken.
"Saya melihat, dari sekian banyak warisan budaya Papua, tas noken dimiliki oleh semua suku di Papua. Jadi noken ini menjadi pemersatu di sini," kata penulis "Cermin Noken Papua" ini.
Bahan noken, kata Titus, bisa dari kulit kayu melinjo, serat pohon, rumput rawa, hingga daun pandan. Noken ini tak hanya dipakai untuk membawa barang, namun beberapa suku di Papua bahkan ada yang menggunakannya untuk menggendong anak.