Kamis 04 Apr 2013 22:41 WIB

Pasokan Buah Impor Kosong, Pedagang Merugi

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Djibril Muhammad
Buah impor
Foto: thescienceofeating.com
Buah impor

REPUBLIKA.CO.ID, KRAMAT JATI -- Akibat menipisnya persediaan buah impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur pedagang grosir buah mengaku merugi. Hal ini disebabkan konsumen tidak otomatis beralih ke buah lokal.

 

Menurut pemantauan Republika di Pasar yang memasok kebutuhan sayur mayur dan buah Jabodetabek, Kamis (4/4), para pedagang buah yang sebelumnya menjual buah impor kini hanya menjual buah pir dan buah naga. Sementara produk lainnya seperti apel, jeruk, dan anggur kosong.

 

Salah seorang pedagang buah Ujeng mengatakan, para konsumen tidak melirik buah produksi dalam negeri yang dijual karena harganya tinggi. "Buah busuk dan dibuang, rugi gede," kata.

 

Menurut dia, sudah sebulan terakhir ini suplai buah impor kosong. Dia mengutarakan, terpaksa harus membeli produk di grosir lain untuk mengantisipasi kelangkaan buah impor ini. Harga di grosir lain itu pun lebih mahal dari biasanya.

 

Per dus yang isinya 18 kilogram, kata dia, harganya mencapai Rp 775 ribu. Dia pun hanya bisa menjual dengan harga Rp 800 ribu per dus. Total keuntungan dari jualan itu cuma Rp 25 ribu.

 

Dia menceritakan keuntungannya terus merosot semenjak diberlakukannya pembatasan impor untuk produk holtikultura itu. Kini, dia Cuma bisa meraup laba Rp 5 juta. Padahal di masa-masa belum diberlakukannya aturan tersebut keuntungannya bisa mencapai Rp 50 juta.

 

Buah lokal pernah dijadikan Ujeng sebagai produk jualannya. Namun konsumen tidak tertarik untuk membelinya. Ketidaktertarikan mereka karena selain harganya tinggi, mereka juga lebih menyukai buah impor. "Buah impor masih idola," ujar dia.

 

Dengan keuntungan sebesar Rp 5 juta, dia pun ketar ketir untuk mengupah karyawannya. Dia berharap bisa bertahan dari terjangan badai kali ini.

 

Selain itu dia menginginkan pemerintah bisa bersikap lebih aktif membantu para pedagang. Dia melanjutkan, sudah ada beberapa pedagang yang gulung tikar dan menjual lapaknya. Dia memperkirakan bangkrutnya pedagang buah masih akan terus bertambah dengan kondisi sulit seperti ini.

 

Pedagang lainnya Edi, mengatakan kelangkaan produk buah impor membuatnya menaikkan harga buah lokal. Harga buah naga yang semula Rp 110 ribu per dus yang isinya 10 kilogram kini dijualnya Rp 200 ribu per dus. "Harga naik, pembeli kabur," ujar dia.

 

Dari informasi yang dikumpulkan Republika dari para pedagang, kelangkaan produk holtikultura impor itu terutama disebabkan adanya kebijaksanaan pembatasan impor oleh pemerintah.

Kebijakan ini sebenarnya dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan mutu produk lokal. Tapi ternyata tidak serta merta konsumen yang mengonsumsi buah impor beralih ke buah lokal. Karena selain harganya sudah tinggi, mutunya juga tidak menyamai produk impor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement