Kamis 04 Apr 2013 13:57 WIB

Remaja Diharap Tidak Menikah Dini, Kenapa?

Rep: Rina Tri Handayani/ Red: Citra Listya Rini
Menikah (Ilustrasi)
Menikah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) mengupayakan remaja tidak menikah dini. Kepala BPMPPKB Huzein Rachmadi mengatakan saat ini laju pertumbuhan penduduk (LPP) Cimahi cukup tinggi di atas dua persen. 

''Usaha dengan menunda perkawinan usia muda,'' kata Huzein usai Rapat Kerja Daerah BPMPPKB di Cimahi, Kamis (4/4). 

LPP terus meningkat dari tahun  2007 sehingga jumlah kepala keluarga baru juga meningkat. Menurut Huzein, pihaknya lebih aware terhadap pernikahan dini. Karena itu, pembinaan terhadap remaja dan mahasiswa lebih digalakkan. 

Sementara itu, partisipasi KB di Cimahi sebesar 76 persen dan hanya 10 persen di antaranya yang merupakan pasangan usia subur (PUS).  

Perkawinan usia muda juga menyebabkan tingginya angka perceraian. Pun, berdampak terhadap angka pengangguran maupun meningkatnya kebutuhan pangan. 

Huzein mengatakan BPMPPKB memiliki kekuatan dengan mengandalkan 13 puskesmas yang tersebar di tiga kecamatan dan posyandu di setiap RW untuk menjalankan program. Namun, ia tidak menampik masih ada keterbasan soal tenaga penyuluh KB.  

Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan (KSPK) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Tetti Sabarniati mengupayakan remaja tidak menikah usia dini. Dia mengatakan untuk perempuan batas ideal menikah 20 tahun dan laki-laki 25 tahun. 

Tetti menegaskan pernikahan sebelum umur ideal banyak resiko, seperti bayi mengalami anemia maupun gangguan kesehatan lainnya. Karena itu, pihaknya terus mendorong pendewasan usia perkawinan (pup). Di antaranya dengan Pusat Informasi dan Konseling (pik) remaja. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement