Rabu 03 Apr 2013 11:49 WIB

KRL Diperbanyak, Penumpang Tak Desak-desakan Lagi

Rep: Ilhami Rizqi Ashya/ Red: Djibril Muhammad
Kereta Ekonomi (ilustrasi)
Kereta Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TAMBORA — Penambahan jumlah perjalanan KRL di wilayah Jabodetabek disambut antusias warga. Pasalnya, dengan adanya penambahan ini, mereka tak perlu berdesak-desakan lagi pada saat jam sibuk.

Kardi, penumpang KRL Commuter Line (CL) dari Depok, mengaku senang dengan penambahan perjalanan KRL ini. "Biasanya kalau pagi desak-desakan, sampai susah napas, sekarang sudah mendingan," ujarnya ketika ditemui di stasiun Jakarta Kota.

Selain itu, ia juga mengatakan saking penuhnya kereta, AC-nya tidak terasa. "Nggak tahu itu AC-nya memang kecil atau gimana, kalau sudah penuh banget jadi tidak terasa," kata Kardi yang mengharapkan kondisi AC di setiap kereta diperhatikan.

Karena, ia melanjutkan, penumpang sudah membayar lebih besar, jadi harus kelihatan beda pelayanannya.

Saat ini PT. KAI telah menambah jumlah perjalanan kereta di Jabodetabek sejak 1 April 2013, dari 514 perjalanan menjadi 575 perjalanan.

Perjalanan untuk jalur Bogor–Jakarta menjadi 266 perjalanan KRL per hari, jalur Bekasi–Jakarta menjadi 103 perjalanan KRL per hari, jalur Tanah Abang–Maja/ Parung Panjang/ Serpong menjadi 82 perjalanan KRL per hari. Kemudian, jalur Tangerang–Duri menjadi 44 perjalanan KRL per hari.

Selain itu, jam perjalanan kereta pun diubah untuk lebih membantu penumpang yang berangkat dan pulangnya sangat pagi dan terlalu malam. Untuk perjalanan Bogor-Jakarta Kota, kereta mulai jalan sejak pukul 04.00, dan paling malam dari stasiun Jakarta Kota pukul 00.25.

Jam perjalanan kereta ini dianggap sangat membantu penumpang, terutama yang pulang terlalu malam. "Biasanya saya pulang naik bis atau ojek kalau terlalu malam, sekarang bisa naik kereta jadi terbantu sekali," kata Sigit, yang sering lembur hingga tengah malam.

Beberapa penumpang yang biasa menaiki KRL ekonomi pun ada yang mulai menggunakan CL untuk bepergian. "Habis yang ekonomi makin jarang, kalau saya sudah kepepet waktu ya naik CL," ujar Nasiroh, penumpang CL Bogor-Kota.

Biasanya ia memilih menaiki ekonomi karena selain lebih irit, bila sedang jam kerja CL selalu berdesak-desakan. "Wih desak-desakannya sampai nempel ke jendela, susah napas juga, untung sekarang sudah tambah banyak, jadi agak lega," terang pria yang juga pedagang di Mangga Dua ini.

Namun ia berharap KRL Ekonomi tak dihapus, karena beda harga tiket ekonomi dan CL terlalu jauh. "Kasihan orang kecil kalau disuruh beli tiket seharga nasi bungkus," ujarnya lagi.

Keluhan penumpang yang tidak menyetujui penghapusan KRL ekonomi pun telah disampaikan, baik secara baik-baik maupun dengan paksaan. Rudi, penumpang KRL ekonomi di stasiun Jakarta Kota, menyarankan PT KAI untuk menggunakan kereta lain untuk menjadi KRL ekonomi.

"Kan katanya gara-gara sudah tua jadi spare-partnya sulit, kalau begitu pakai saja beberapa CL buat jadi ekonomi," sarannya.

Tinggal AC dimatikan dan jendela dibuka saja, lanjut Rudi. Ia mengatakan bahwa sebenarnya masih banyak cari lain agar KRL ekonomi tetap bertahan. "Jangan main hapus, pikirkan kami juga," keluhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement