Selasa 02 Apr 2013 22:53 WIB

Kriminolog: Pulihkan Indonesia, Pemerintah Perlu Dirombak

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Karta Raharja Ucu
 Kantor Walikota Palopo dibakar massa saat terjadi kerusuhan di Palopo, Sulawesi Selatan, Ahad (31/3).
Foto: Antara/Awaluddin
Kantor Walikota Palopo dibakar massa saat terjadi kerusuhan di Palopo, Sulawesi Selatan, Ahad (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Muhammad Mustofa berpendapat kondisi Indonesia yang belakangan diwarnai aksi-aksi kekerasan berskala besar yang kerap terjadi harus segera dipulihkan.

Salah satu cara yang multak diperlukan adalah perombakan pemerintah pada sisi legistlator. Minoritas alias elit pemerintahan dianggap gagal memanfaatkan momentum reformasi di Indonesia. Imbasnya kehidupan mayoritas atau masyarakat, tak terkoordinir dengan baik dan rakyat seperti diacuhkan.

“Perlu perombakan di kursi penyelenggara Negara. Segala biang penangggung jawab dinamika masyarakat itu kan ada di pemerintah,” sebut Mustofa saat dimintai komentar soal Indonesia saat ini, Selasa (2/4).

Mustofa menyebut tidak bisa nasib Negara ini ditampukan ke pundak orang-orang yang gegabah dalam mengatur masyarakatnya. Ragam peristiwa kekerasan yang terjadi pada dan oleh masyarakat baru-baru ini, menurutnya sudah cukup menjadi cerminan buruknya penataan sosial di negri ini.

Masyarakat yang sebelumnya menjadi pihak yang rawan menjadi korban, menurut Mustofa kini justru mulai bergeser menjadi pelaku kekerasan. Kasus pengeroyokan Kapolsek Dolok dan kerusuhan di Palopo beberapa hari lalu menjadi bukti shahihnya.

Mustofa menyayangkan sikap pemerintah yang tidak hadir memberikan peran secara nyata kepada masyarakat saat kondisi sosial semakin membara. Ia pun tegas menunjuk pucuk pimpinan negara ini turut bertanggung jawab atas ketidak selarasan kehidupan masyarakat belakangan ini

“Kebijakan-kebijakan kepemimpinan nasional tidak menununtun masyarakat menuju kehidupan sosial yang selaras dan seimbang,” kata dia mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement