Selasa 02 Apr 2013 19:16 WIB

Mahasiswa Olah Pandan Laut Jadi Absorben Limbah Industri

Pandan laut
Foto: www.tropicalplantbook.com
Pandan laut

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta melakukan penelitian pemanfaatan daun pandan laut (Pandanus tectorius) sebagai absorben logam kromium pada limbah cair industri penyamakan kulit.

"Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang proses limbahnya sering dipermasalahkan karena dapat mencemari lingkungan di sekitarnya baik melalui air, tanah maupun udara. Limbah cair adalah salah satu jenis limbah yang berasal dari industri tersebut," kata Ketua Tim Penelitian, Dwi Hartanti, di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, limbah cair itu mengandung logam berat seperti kromium (Cr). Limbah Cr berasal dari pembuangan larutan Cromosol B dari proses tanning (penyamakan).

"Limbah Cr memiliki valensi enam yang mempunyai sifat karsinogenik jika terakumulasi dalam tubuh dan sangat beracun. Jika hal itu dibiarkan, maka limbah cair tersebut akan mencemari sungai maupun meresap ke tanah sehingga mempengaruhi kualitas air sumur warga," katanya.

Ia mengatakan Cr merupakan logam berat yang tidak dapat terurai secara alami, maka akan sangat berbahaya bagi manusia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan absorben untuk logam berat.

"Absorben yang dapat dipakai adalah daun pandan laut. Selulosa pada tanaman itu merupakan senyawa organik yang mengandung gugus -OH yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen absorbat melalui mekanisme pertukaran ion," katanya.

Selain mudah dibuat, absorben pandan laut juga murah karena bahan-bahannya mudah didapat. Daun pandan laut merupakan varietas daun pandan yang tumbuh di sekitar pantai.

"Daun tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kerajinan. Namun, daun itu juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai absorben untuk logam Cr dari limbah penyamakan kulit," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement