REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Murahnya tarif kereta rel listrik (KRL) ekonomi saat ini dinilai menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas layanan transportasi umum tersebut. Karena itu, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengusulkan tarif KRL ekonomi dinaikkan untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kereta.
"Masyarakat kan inginnya tarif tidak naik, tapi ini akan menghasilkan pelayanan yang buruk," ujar Pengamat transportasi DTKJ, Iskandar Abubakar, di acara diskusi publik di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Senin (1/4).
Menurut dia, meskipun KRL ekonomi mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, namun itu tidak mencukupi untuk memberikan layanan yang prima pada penumpang. Karena itu, lanjut dia, idealnya tarif KRL ekonomi dinaikkan.
Iskandar menjelaskan bahwa kenaikan tarif KRL ekonomi terakhir kali terjadi pada tahun 2002. Sebelas tahun berlalu, dan hingga saat ini tarifnya masih Rp 2.000. Padahal, sambung dia, inflasi kenaikan tarif dari tahun 2002 hingga tahun 2012 sudah mencapai 109 persen. Artinya, jumlah itu sama dengan Rp 4.180 di tahun ini.
"Sangat ironis tarif tidak pernah dinaikkan, padahal upah buruh sudah meningkat," jelas dia. Selain itu, menurut Iskandar, idealnya pemerintah membuat satu kelas baru dalam sistem transportasi di KRL Jabodetabek. Kelasnya, yaitu menaikkan kelas kereta ekonomi dan menurunkan kelas kereta AC. Dengan begitu, kata dia, semua penumpang bisa menikmati transportasi dengan tarif dan layanan yang sama.