REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Harga gabah di wilayah eks Karesidenan Banyumas yang saat ini sedang mengalami masa panen raya anjlok hingga di bawah Harga Pedoman Pemerintah (HPP).
Kondisi ini menyebabkan petani tidak mendapat keuntungan yang memadai. Saat ini gabah kering giling hanya dihargai Rp 3.900 per kg untuk jenis gabah yang pulen seperti IR 64.
"Sedangkan untuk gabah jenis Logawa yang banyak ditanam petani, hanya dihargai Rp 3.700-Rp 3.800 per kg,'' jelas Sardi (59), warga Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, Senin (1/4).
Harga tersebut, menurutnya, sudah anjlok dibawah harga HPP Rp 4.200 per kg untuk harga gabah kering giling. Dia khawatir, harga akan terus anjlok karena saat ini petani masih banyak yang panen. Dengan harga serendah itu, keuntungan yang diperoleh petani menjadi sangat minim.
Hal ini karena untuk menanam padi, petani juga harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk membeli bibit, mengolah tanah, membeli pupuk dan obat-obatan.
Sardi menambahkan, turunnya harga gabah membuat banyak petani yang menunda menjual gabah hasil panennya. Namun di memperkirakan, kalau pun harga akan kembali naik, nilainya tidak akan jauh melebihi HPP.
Pedagang beras yang biasa mangkal di penggilingan padi Desa Pegalongan, Karso (42 tahun) mengaku, harga gabah memang sedang anjlok. Bahkan harga gabah saat ini, sudah dibawah HPP.
Dia menyebutkan, anjloknya harga gabah tidak hanya disebabkan oleh musim panen raya saja. Tapi karena penyerapan gabah/beras yang dilakukan Bulog, memang masih seret atau tidak banyak melakukan penyerapan.
''Saya bahkan masih punya stok beras sampai 7 ton. Biasanya, saya menyetor beras ke KUD Patikraja untuk kemudian dikirimkan ke Bulog. Tapi karena Bulog penyerapannya sedikit, KUD juga tidak banyak membeli gabah saya,'' katanya.