REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Desa Mukapayung hanya memiliki waktu 21 detik untuk mencapai tempat aman dari lokasi longsor. Pernyataan tersebut disampaikan Peneliti Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari.
"Saya sudah memprediksi waktu yang diperlukan masyarakat yang tinggal di tengah daerah bencana untuk mencapai jalan akses kampung yang aman selama 21 detik," ujarnya melalui pesan singkat, Sabtu (30/3).
Sementara waktu tempuh material tanah sampai ke daerah bencana hanya 17 detik. Karena itulah ada beberapa korban yang ditemukan tertimbun di lokasi jalan kampung.
Adrin melanjutkan, tanah tempat terjadinya longsor di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat, Senin (25/3), mempunyai topografi atau bentuk permukaan cekung.
Topografi cekungan tersebut akan mengontrol aliran air hujan ke arah dasar cekungan sehingga muka air tanah akan meningkat. Adanya mata air menunjukkan muka air tanah mudah terbentuk di dasar cekungan itu. Struktur tanah menjadi tidak stabil yang potensial longsor karena kekuatan tanah berkurang.
Hujan deras yang turun dalam dua hari menyebabkan sebuah bukit di Desa Mukapayung longsor, Senin (25/3) sekitar pukul 05.30 WIB. Bencana itu menyebabkan sedikitnya sembilan rumah penduduk kampung tertimbun. Tim evakuasi telah mengevakuasi 13 korban tewas dari total 17 warga yang diduga tertimbun.