REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai ketua umum Partai Demokrat, elektabilitas partai itu diperkirakan tidak akan membaik.
"Kalau dari kalkulasi SBY mungkin, tapi kalau dari luar dalam jangka pendek tesis itu tidak akan menjadi kenyataan," kata peneliti senior LIPI Indria Samego, di Habibie Center, Sabtu (30/3).
SBY, menurut Samego mungkin berpikir kebutuhan legal formal partai telah terpenuhi bila ia menjadi ketum. Selain itu, SBY dinilainya bermaksud menyolidkan partai. Bila SBY menjadi menjadi ketum, faksi-faksi yang ada dalam partai bisa dikontrol.
"Dia (SBY) berharap kalau dia yang mengambil alih semua orang akan tunduk, karena selama ini semuanya memang takut pada SBY," ujar Samego.
Namun, kalkulasi SBY tersebut dipandang Samego berseberangan dengan pandangan orang di luar Demokrat. Dalam jangka pendek, harapan agar tingkat keterpilihan Demokrat sulit direalisasikan. Dalam jangka panjang juga begitu.
Pada 2014 nanti, masa jabatan SBY sebagai presiden telah berakhir. Kemampuan dia sebagai vote getters dinilai Samego juga berkurang. Sebab legitimasi SBY timbul karena status kepresidenannya.
Bila jabatan presiden telah lepas dari SBY, diperkirakan publik bahkan orang-orang yang biasa menjadi pengikutnya akan berpandangan lain.
Samego juga memandang jika SBY menjadi ketum, merupakan cerminan terjadinya degenerasi. Mestinya, secara alamiah Anas Urbaningrum digantikan tokoh-tokoh muda Demokrat. Seperti Saan Mustopa, Nurhayati Ali Assegaf, atau Roy Suryo.
Namun, karena asumsi kader Demokrat yang menganggap SBY sebagai perekat, degenerasi terjadi. "Ini persis seperti Golkar era Soeharto, semuanya apa kata Soeharto," ungkap Samego.