REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penumpang kereta rel listrik (KRL) ekonomi menolak keras rencana PT KAI yang bakal menghapus transportasi massal itu mulai 1 April 2013 mendatang.
Mereka meminta pemerintah mencarikan solusi alternatif agar rakyat kecil tidak menjadi korban akibat kebijakan tersebut.
Tari, juru bicara Persatuan Penumpang dan Pengguna Jasa KRL Ekonomi mengatakan, penumpang menolak kebijakan itu karena tidak sanggup menjangkau tarif commuter line yang mahal. Mereka merasa tarif commuter line yang sebesar Rp 8.500 itu akan sangat membebani biaya transportasi rakyat. Karenanya Tari meminta PT KAI mencarikan jalan tengah bagi permasalahan ini.
Menurut Tari, bila memang harus ada kenaikan tarif, maka kenaikan tersebut harusnya masih dalam batas kewajaran. Ia mengatakan tarif yang masih bisa diterima penumpang yaitu di kisaran Rp 3.000 hingga Rp 3.500 rupiah.
"Tapi, jika ada kenaikan tanpa ada peningkatan pelayanan juga percuma," ujar dia dalam Konferensi Pers Penolakan Penghapusan KRL Ekonomi di gedung Lembaga Bantuan Hukum, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (27/3).