REPUBLIKA.CO.ID, GROGOL -- Harga cabai dan bawang yang sedang melonjak tinggi membuat para pengusaha warung tegal (Warteg) kelimpungan.
Soalnya bisnis mereka yang berupa masakan dan terkenal murah, harus berhadapan dengan mahalnya bumbu-bumbu masak. Pepeng, pemilik warteg di kawasan Grogol mengatakan naiknya harga cabai dalam dua hari terakhir memaksanya mengurangi jenis masakan pedas di wartegnya.
"Telur balado dan rendang saya kurangi, lagi pada mahal sih bumbu sekarang, gak kira-kira," keluh Pepeng.
Tak hanya itu, ia juga menaikkan harga masakannya. "Naik lima ratus semua, itu saja sudah saya tekan biar tidak naik banyak," ujarnya.
Pepeng mengaku kesal dan kasihan pada orang yang makan di warungnya, karena kebanyakan pada protes harga makanan dinaikkan. "Supir-supir Kopaja itu kan banyak yang makan disini, tadi pada ngomel harganya naik," kata Pepeng.
"Kasihan sih soalnya kita sama-sama orang kecil. Tapi kalau harga gak saya naikkan nanti saya yang rugi lah!" tegas Pepeng.
Keluhan serupa datang dari pemilik warung nasi Padang di daerah Tanjung Duren. Darma mengaku terpaksa menaikkan harga agar tetap untung di saat kebutuhan dapur naik.
"Bumbu masak buat kita kan bahan utama, daripada kalau dikurang-kurangi nanti rasa berubah malah sepi pembeli," jelas Darma.
Darma menyebut kepada pelanggannya ia mengatakan harga naik hanya sementara. "Kalau bawang, cabai, dan tomat sudah turun ya harganya normal lagi," kata Darma.
Pepeng dan Darma juga mengaku kelimpungan mencari bumbu pengganti bawang dan cabai yang sedang mahal. "Kalau cabai rawit mahal saya masih bisa pakai cabai bubuk atau cabai merah biasa, tapi bawang naiknya rata, pengganti bawang apa coba?" tanya Darma.
Darma pernah mencoba menggunakan bawang bombay dan bumbu instan, namun hanya sekali ia tak mau lagi. "Rasanya beda, pembeli juga bilang kurang enak," ujarnya.
Saat ini harga cabai rawit di beberapa pasar di Jakarta Barat mencapai Rp 45 ribu per kilo, dari sebelumnya hanya berkisar Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Para pedagang di pasar menyalahkan pemerintah dan cuaca yang tidak menentu, sehingga menyebabkan petani banyak gagal panen.