Jumat 22 Mar 2013 21:29 WIB

Polisi: Cara Berpikir Pendemo Cenderung Irasional

Rep: Wahyu Saputra/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
 Petugas kepolisian menolong polisi yang menjadi korban bentrok antara mahasiswa dan polisi pada aksi demonstrasi di Kampus Universitas Pamulang, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (19/10).   (Muhammad Iqbal/Antara)
Petugas kepolisian menolong polisi yang menjadi korban bentrok antara mahasiswa dan polisi pada aksi demonstrasi di Kampus Universitas Pamulang, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (19/10). (Muhammad Iqbal/Antara)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pihak kepolisian menuding cara berpikir pendemo cenderung tidak rasional. Mental itu dipengaruhi suasana dan emosi pendemo yang sensitif, sehingga memudahkan pendemo terprovokasi

Kepala Biro Penmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Jumat (22/3), mencontohkan, satu orang ada yang melempar batu, kemungkinan akan diikuti oleh pendemo lainnya. ''Sangat sensitif sekali, dan mudah sekali terprovokasi,' kata Boy

Boy mengatakan, pendemo yang murni mendemo biasanya tidak sadar jika mereka sedang terprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. ''Masyarakat jangan mudah terprovokasi,'' kata Boy. Ia menegaskan jiika aksi sudah menjurus pada perusakan, lebih baik jangan diikuti.

Boy juga mengharapkan masyarakat yang berdemo tidak mengganggu ketertiban dan ikut bersama menjaga keamanan saat aksi berlangsung. Pendemo harus memikirkan bahwa ada masyarakat lain yang tidak ikut berdemo. ''Hormatilah masyarakat yang tidak berdemo,'' kata boy

Ia menyayangkan aktivitas unjuk rasa yang mengganggu kegiatan masyarakat yang tidak ikut demo seperti pemblokiran jalan. Penggangguan lalu lintas ini merupakan hal yang tidak pantas dilakukan oleh pendemo. Demonstran, ujarnya, punya hak sekaligus  kewajiban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement