Kamis 21 Mar 2013 23:00 WIB

Akses Masyarakat Bandung Terhadap Sanitasi Baru 52 Persen

Rep: Ghalih Huriarto/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Akses masyarakat Kabupaten Bandung terhadap sanitasi masih terbatas. Kondisi tersebut menyebabkan dampak bagi kesehatan masyarakat.

Salah satunya adalah angka kesakitan diare yang masih terbilang tinggi. Pemerintah Kabupaten Bandung merencanakan program sanitasi bagi masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.

Kepala Bidang Permukiman Dinas Permukiman Penataan Ruang dan Kebersihan (Dispertasih) Kabupaten Bandung, Dedi Mulyadi mengatakan, akses masyarakat terhadap sanitasi di Kabupaten Bandung baru mencapai angka 52,8 persen.

Masih terbatasnya akses sanitasi kepada masyarakat terjadi merata di semua kecamatan Kabupaten Bandung. "Sedangkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sudah tinggal 37,6 persen yang belum melakukan. Angka tersebut turun, dibandingkan 2010 yang mencapai 40 persen," ujarnya di Soreang, Kamis (21/3).

Dedi mengatakan, masalah sanitasi akan diselesaikan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai instansi pemerintahan. Di antaranya adalah Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dispertasih. Gabungan berbagai instansi tersebut dibentuk menjadi Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi.

"Pokja ini akan membuat rencana penyelesaian masalah sanitasi secara komprehensif. Karena menyelesaikan masalah sanitasi tidak bisa oleh satu dinas saja, harus sinergis," katanya.

Dedi mengatakan, tahun ini Pokja Sanitasi akan merancang Environment Health Risk Assesment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan. EHRA merupakan survey partisipatif untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat.

Data dari hasil survey, nantinya akan dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi. "Dari data hasil survey akan dibuat Buku Putih Sanitasi, kemudian baru disusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK)," ujarnya.

Fokus dari studi EHRA, kata Dedi adalah fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.

Sedangkan untuk perilaku yang dipelajari di antaranya buang air besar, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air limbah rumah tangga, dan pengelolaan sampah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement