REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Kecewa dengan pola komunikasi politik pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubenrur (cawagub), mahasiswa mengajak masyarakat Jawa Tengah untuk tidak memilih alias golput, pada pemilukada Jawa Tengah, 26 Mei mendatang.
Aspirasi ini disampaikan sedikitnya 25 elemen mahasiswa yang tergabung dalam Dewan Eksejutif Mahasiswa (Dema) IAIN Walisongo, Semarang, dalam aksi demo di depan halaman kantor Gubernur Jawa Tengah, Kamis (21/3).
Dalam aksinya, mahasiswa menilai Jawa Tengah belum siap memilih dan dipilih. Meski saat ini sudah ada tiga pasang cagub dan cawagub, namun proses demokrasi menuju pelaksanaan pemilihan gubernur (pilgub) sangat membosankan.
Hal ini akibat pola komunikasi politik yang dibangun masing-masing calon, sengaja didesain untuk mereka yang berada di tataran elite partai politik (parpol). "Grassroot (rakyat), sama sekali tak dilibatkan dalam tatanan demokrasi ini," ujar Presiden Dema IAIN Walisongo, Muhammad Busro kepada wartawan.
Apa yang terjadi di Jawa Tengah, jelasnya, beda dengan di Jawa Barat. Di mana para pasangan calon banyak melibatkan masyarakat untuk menjaring persoalan dan problem sosial.
Namun perwujudan demokrasi di Jawa Tengah hanya demokrasi simbolik. Rakyat hanya dijadikan obyek politik dan hanya terkena dampak dari keputusan politik elite.
Minimnya partisipasi rakyat dalam proses politik ini menjadikan kualitas demokrasi di Jawa Tengah kian rendah. "Karena itu, golput menjadi pilihan pahit --yang terbaik-- bagi masyarakat Jawa Tengah," kata Busro.
Dalam kesempatan ini mahasiswa juga menggelar orasi serta melakukan aksi teatrikal di pintu gerbang kantor gubernur Jawa Tengah. Dalam aksi teatrikal ini mereka menyindir politik pragmatis yang masih dipraktikkan parpol dalam meraup dukungan rakyat.