REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Visa harus bertanggung jawab soal pencurian data nasabah kartu kredit Bank Mandiri, kata Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Boedi Armanto.
"Dari informasi kami, di sistem kami tidak ada yang kena fraud. Ini memang data kartu kredit tersebut disalin dan disalahgunakan di luar negeri. Seharusnya Visa yang bertanggung jawab," kata Boedi saat ditemui seusai menghadiri seminar nasional di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, seluruh kartu kredit di perbankan Indonesia sudah dilengkapi dengan sistem chip yang dijamin keamanannya. Sementara di luar negeri, masih ada yang menggunakan sistem "magnetic stripe" yang keamanannya di bawah kartu kredit yang basis sistem chip.
Ia menduga pencurian data nasabah kartu kredit yang dipakai di mesin electronic data capture (EDC) di gerai Body Shop karena mesin tersebut bisa menyalin data milik pelanggan dan disalahgunakan di luar negeri. Salinan data nasabah tersebut langsung diduplikasi pada kartu kredit baru yang ada di luar negeri.
"Antisipasinya, pihak Visa kalau sudah mendapat laporan itu, ya harus di-blokir kartu kreditnya," katanya.
Sebelumnya, Nasabah Bank Mandiri dan Bank BCA kembali menjadi korban pencurian data nasabah kartu kredit dan debit. Penyalahgunaan kartu kredit dan kartu debit ini terjadi saat nasabah Bank Mandiri dan bank lainnya (BCA) melakukan transaksi di salah satu gerai ritel fashion, Body Shop, di Indonesia.
Diduga ada oknum yang melakukan pencurian data saat pembeli bertransaksi menggunakan kartu kredit. Data tersebut digunakan untuk membuat kartu kredit duplikat dan bertransaksi di Amerika Serikat dan Meksiko.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan pihaknya masih melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dugaan pencurian data nasabah tersebut. Hingga saat ini, Mandiri menemukan puluhan nasabah kartu kredit dan kartu debit yang datanya dicuri.
"Kami masih cek soal dugaan itu, apakah itu berasal dari EDC milik Bank Mandiri atau bukan. Kami masih teliti soal ini," kata Zulkifli di Jakarta, Selasa.