Rabu 20 Mar 2013 18:00 WIB

Perajin Sepatu Sukaresmi Berharap Bantuan Pemda

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, TAMAN SARI -- Sejumlah perajin sepatu di Kampung Sukamulya, Desa Sukaresmi, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, berharap adanya bantuan penyertaan modal usaha. Selain modal, mereka juga berharap bantuan dari segi pemasaran.

Sai (39 tahun), perajin sepatu asal RT 04/ RW 008, Kampung Sukamulya, Desa Sukaresmi, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, mengungkapkan, selama ini tidak ada bantuan apapun dari pemerintah daerah. Baik itu penyertaan modal ataupun bantuan berupa pendistribusian barang hasil produksi industri rumahan tersebut.

"Tidak ada bantuan sama sekali. Sebenarnya enak kalau paling tidak ada bantuan. Kami bisa mengembangkan usaha kami," katanya kepada Republika di rumah sekaligus tempatnya memproduksi sepatu, Rabu (20/3).

Pada awal usahanya, Sai mengaku, berusaha sendiri untuk modalnya. Butuh sekitar Rp 2 juta untuk modal awalnya sebelum akhirnya bisa berkembang seperti sekarang. Saat ini, agar usahanya bisa terus berjalan, dia hanya berharap dari pesanan para distributor dari Pasar Anyar, Kota Bogor.

Dalam seminggu, Sai dibantu dua pegawainya bisa memproduksi 13 kodi sepatu dan sandal wanita dan itu langsung dikirim ke Pasar Anyar. "Kalau ada tambahan modal, mungkin produksinya bisa nambah lagi," kata pria yang sudah lima tahun menjadi perajin sepatu tersebut.

Selain itu, keadaan bertambah sulit buat Sai lantaran harga bahan baku, seperti lem dan bahan kain juga sudah mahal. Untuk lem ukuran satu blek, mencapai harga Rp 300 ribu.

Hal yang sama juga dikeluhkan Boni (43), tetangga Sai, yang juga berprofesi sebagai perajin sepatu. Tapi, berbeda dengan Sai yang memproduksi sepatu dan sandal wanita, Boni membuat sepatu anak-anak.

Boni menyatakan, hampir tidak pernah ada bantuan sama sekali dari pemerintah daerah. Semua usahanya benar-benar dia rintis sendiri. "Mungkin kalau buat saya, modal masih belum terlalu mendesak. Tapi, kasihan sama perajin yang lebih kecil," ujarnya.

Boni menambahkan, sebenarnya yang paling dibutuhkan pihaknya saat ini adalah soal pemasaran dan distribusi hasil produksi. Menurutnya, jangan hanya berharap di Pasar Anyar, tapi juga pemerintah daerah menyediakan tempat atau sentra baru grosir sepatu buatan mereka.

Terlebih saat ini, Pasar Anyar atau Pasar Kebon Kembang sedang dilakukan revitalisasi. Hal ini tentu saja menganggu distribusi dan pemasaran produk dari perajin sepatu. "Kan kalau ada tempat lain, kami jadi nggak terlalu tergantung sama yang di Pasaar Anyar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement