REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Pembudiya ikan nila, Udiyono (55 tahun) mengatakan, ikan Nila merupakan ikan yang disukai dari presiden sampai tukang pulung.
"Sebab selain rasanya lezat juga mengandung omega tiga yang penting bagi kecerdasan otak," katanya dalam acara Pencanangan Kampung Nila di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwonegoro, Kabupaten Banjarnegara, Senin, (18/3).
Ikan Nila, terang Udiyono yang juga Ketua Kelompok Mina Dadi Rejeki, sangat enak rasanya jika digoreng dan dipepes. "Dari presiden sampai tukang pulung senang dengan ikan Nila karena rasanya enak dan harganya terjangkau," katanya menerangkan.
Ikan nila, ujar Udiyono, merupakan ikan yang paling mudah dibudidaya. Nila tidak rentan terhadap penyakit, mudah dibesarkan dan dikembangbiakkan."Di banding Lele, Gurame, dan Patin, Nila jauh lebih tahan terhadap serangan penyakit," ujarnya.
Sebagai contoh, kata Udiyono, di kolam ukuran 200 m3 disebar 5.500 ekor benih Nila. Namun hanya lima persen saja yang mati. "Ini menunjukkan Nila tahan terhadap serangan penyakit," katanya.
Nila yang dikembangan Udiyono adalah Nila Larasati. Nila tersebut merupakan hasil perkawinan Nila jantan Pandu dengan Nila betina Kunti. "Nila Larasati ini dagingnya lebih tebal untuk dikonsumsi dibandingkan Nila lainnya. Harganya per kilogram sebesar Rp 14.000," kata Udiyono.
Saat ini, ujar Udiyono, memang terdapat kesulitan modal. Modal masih berasal dari bank komersial dengan bunga tinggi. Namun ia sudah mendapatkan bantuan pemerintah berupa empat paket induk. Satu paket berisi 100 ekor Nila jantan dan 300 ekor Nila betina.
Selain itu, kata Udiyono, juga diberi bantuan perbaikan kolam dan diberi dua paket induk. Namun ia tetap berharap pemerintah bisa mencarikan solusi masalah permodalan.
Modal kecil, ujar Udiyono, membuat kelompok budidaya nilanya yang terdiri dari 20 orang kewalahan melayani permintaan Nila Larasati. Permintaan Nila ini berasal dari Batam, Kudus, Kebumen, Temanggung, Purwokerto, dan Purbolinggo.