REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) menegaskan kenaikan harga bawang tak memberi keuntungan kepada para petani. Kenaikan ini justru lebih menguntungkan pedagang dan importir.
''Dalam catatan, inilah harga tertinggi yang pernah ada untuk bawang. Sayangnya kenaikan harga ini tak dapat dinikmati petani bawang karena sebagian besar sudah berada di tangan pedagang,'' kata Said Abdullah, manager Advokasi dan Kampanye KRKP, dalam siaran pers yang diterima ROL di Jakarta, Ahad (17/3).
Ayib, demikian Said Abdullah biasa disapa, mengatakan meroketnya harga bawang ini karena ketersediaan barang yang berkurang. Ia menyinyalir karena produksi yang belum optimum pada sentra produksi.
Merujuk pada data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Ayib melihat produksi bawang merah telah mengalami penurunan. Pada 2011 angka produksi tersebut telah melorot 14 persen dari tahun sebelumnya menjadi 893 ribu ton.
Sebaliknya untuk volume impor, kata Ayib, yang terjadi malah kenaikan. Pada periode yang sama tersebut, lanjutnya, impor bawang naik dari 73 ribu ton menjadi 156 ribu ton.
''Para pelaku pasar (pedagang dan importir) inilah yang memainkan pasokan bawang di pasar untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya,'' ujarnya.