Sabtu 16 Mar 2013 12:25 WIB

Puluhan Kontainer Bawang Asal Belawan 'Nyasar' ke Priok

Rep: Riana Resky/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Bawang putih impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12). (Republika/Prayogi)
Bawang putih impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PRIOK -- Puluhan kontainer berisi bawang putih 'nyasar' ke Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kontainer-kontainer ini kini diamankan oleh Karantina Tanjung Priok di Depot Tontana.

Kepala Karantina Tanjung Priok, Agus Sunanto mengatakan, 40 kontainer ini berasal dari Belawan dan tiba di Jakarta pada Kamis, (14/3). Kontainer ini diamankan sebab ada segel merah di pintu pembukanya. ''Biasanya kontainer yang datang kesini tidak pernah disegel merah'', ujarnya, Sabtu (16/3).

Menurut Agus, kontainer yang disegel merah hanya bisa dibuka oleh pemilik kontainer dan pihak Karantina Belawan, yang memberi segel. Sehingga pihak Karantina Tanjung Priok belum bisa mengklarifikasi isinya.

Pemilik kontainer diketahui adalah CV. Sumber Alam Rejeki, sebuah pabrik yang memproduksi terasi di Belawan. Menurut dokumen manifest yang ada, isi kontainer adalah 'garlic' atau bawang putih.

Jumat lalu (15/3), pemilik diketahui telah mengeluarkan isi dari sembilan kontainer dan memasarkannya ke Pluit dan pasar induk di Jakarta.

Menurut pantauan Republika, puluhan kontainer berwarna putih dengan volume 40 feet berjajar di depot pelabuhan. Di tiap kontainer itu tertempel segel karantina berwarna merah bertuliskan 'Departemen Pertanian Badan Karantina Pertanian, Berdasarkan Ketentuan UU No.16/1992. Komoditas ini berada di bawah pengawasan petugas karantina tumbuhan'.

Staf Karantina Tanjung Priok, Ihsan Nugroho mengatakan, akan berusaha menghubungi pihak pusat dan juga  mencoba untuk melacak keberadaan pemilik. Hal ini dilakukan agar isi  kontainer ini bisa segera dipastikan.

Melonjaknya harga bawang di pasaran kini telah mencapai Rp 60 ribu hingga Rp 90 ribu per kilogram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement