REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam paparan final fit and proper test di DPR Komisi XI, Deputi Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo mengemukakan enam agenda yang akan menjadi tantangan bagi BI.
Pengalaman bertahun-tahun menggeluti bidang moneter, baik di BI maupun di dunia akademis membuat Perry yakin bahwa implementasi kebijakan moneter tidak dapat hanya bertumpu pada instrumen suku bunga saja.
Agenda pertama Perry adalah kebijakan pengendalian inflasi dan suku bunga rendah. Berbagai permasalahan ekonomi, termasuk stabilitas harga dan nilai tukar Rupiah yang menjadi mandat BI, menurutnya, tidak hanya disebabkan oleh faktor moneter.
"Saya memunyai komitmen kuat dalam pengendalian inflasi dan kebijakan suku bunga rendah," kata Perry dalam paparan di Jakarta, Kamis (14/3).
Hal ini penting tidak hanya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Dengan penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, tidak semua beban pengendalian inflasi diletakkan pada kebijakan suku bunga agar suku bunga tetap rendah.
Agenda kedua adalah stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pendalaman pasar keuangan. Ketiga, penguatan kebijakan makroprudensial dan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Keempat, pemberdayaan sektor riil, UMKM, dan ekonomi daerah. Menurut Perry, kajian komoditas strategis penyumbang inflasi dari ketahanan pangan dari komoditas strategis, misalnya beras, gula, minyak goreng, bawang merah dan capai merah, perlu dilakukan.
Berikutnya, pemetaan dan pendalaman klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia.
Agenda kelima Perry adalah penguatan koordinasi dengan Pemerintah dan komunikasi kebijakan. Keenam, penguatan organisasi dan sumber daya manusia.