Rabu 13 Mar 2013 08:18 WIB
Headline Republika

Rasa Aman Hilang

Rep: Agus Rahardjo / Red: M Irwan Ariefyanto
Bom Waktu/ilustrasi
Foto: chaitanyak.deviantart.com
Bom Waktu/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejumlah peristiwa gangguan keamanan telah merongrong rasa aman publik. Setelah penyerangan dan pembakaran markas polisi Ogan Komering Ulu (OKU) di Sumatra Selatan pekan lalu, masyarakat dikejutkan ledakan misterius di Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Ledakan kecil menjelang Selasa (12/3) dini hari itu terjadi tepat di depan rumah milik Kapolda Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal Bachtiar Tambunan. Dua orang terluka akibat ledakan ini, yakni pasangan suami istri Agung Sunardi-Lusiana. Keduanya terkena percikan ledakan saat sedang melintas di depan rumah Kapolda Kalteng.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud mengatakan, teror ledakan ini berhubungan dengan situasi mutakhir di Indonesia saat ini. Termasuk, jelas dia, konflik internal di antara aparat itu sendiri. “Antaraparat saja bisa bentrok, berarti ada masalah yang masih belum selesai di internal mereka,” kata Marsudi, Selasa (12/3).

Ia menegaskan, teror yang ditujukan ke kediaman aparat penegak hukum bukanlah hal biasa. Bahkan, menurut pengamatannya, belum ada kejadian yang langsung ditujukan pada wilayah pribadi aparat. Hal itu, dia menjelaskan, menunjukkan bahwa aparat kepolisian dianggap sebagai musuh oleh sebagian masyarakat.

Apalagi, kata Marsudi, publik melihat ada masalah penanganan terhadap para terduga kasus terorisme oleh polisi. Ini artinya aparat perlu segera memperbaiki perilaku dan wajah keadilan di Indonesia. Tanpa melakukan hal itu, aparat hanya akan terus memancing emosi masyarakat. “Akibatnya, publik juga yang akhirnya dirongrong karena kehilangan rasa aman.”

Kapolres Jakarta Selatan Kombes Wahyu Hadingrat meminta publik tidak mengaitkan peristiwa ledakan di Cipete dengan teror terhadap aparat. Wahyu menegaskan, polisi masih menyelidiki ledakan yang tidak menimbulkan kerusakan berarti tersebut. Dia melanjutkan, meskipun ada dua orang yang menjadi korban ledakan, polisi belum mendapatkan benang merah adanya aksi terorisme dalam peristiwa itu. “Kami tidak melihat ada dugaan itu,'' kata Kapolres. Lagi pula, lanjutnya, ledakan terjadi di ruas jalan raya, bukan di depan pagar rumah. Jadi, sasaran ledakan ini tidak bisa disebutkan mengarah ke rumah Kapolda Kalimantan Tengah.

Kepala Kepolisian Sektor Kebayoran Baru Ajun Komisaris Besar Adex Yudiswan menyatakan, polisi tidak menemukan bukti-bukti berupa material dari benda yang meledak. Selain bekas ledakan di aspal dan dinding rumah, polisi hanya menemukan sebuah tas punggung di dekat lokasi ledakan.

Tas ditemukan sekitar 10 meter dari lokasi ledakan dan berada di atas pohon pada Selasa (12/3) pukul 10.00 WIB. Setelah menghubungi tim penjinak bom, kata Adex, polisi membuka tas ransel tersebut. “Setelah evaluasi, aman, dan dianalisis, ternyata tas berisi sarang semut dan batu,” tutur Adex.

Isi materi dan penemuan tas tidaklah membahayakan. Polisi baru menemukan tas ransel mencurigakan pada siang hari setelah ledakan. Saat ledakan terjadi, tas ransel tidak terlihat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement