Rabu 13 Mar 2013 05:15 WIB

Bawang Mahal, Mereka Inilah yang Merana

Pedagang mengupas bawang merah sebelum dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Ahad (29/1). (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Pedagang mengupas bawang merah sebelum dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Ahad (29/1). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Naiknya komoditas bawang baik bawang putih maupun bawang merah, cukup memukul usaha pedagang di Pasar Kramatjati, Jakarta Timur.

Harga bawang putih anting yang awalnya hanya sekitar Rp 20.000 per kilogram, kini naik menjadi 55.000 per kilogram. Begitu pun bawang merah kupas kini harganya berada pada kisaran Rp 54.000 per kilogram dan yang belum dikupas mencapai Rp 50.000 per kilogram. Padahal, sebelumnya harga bawang merah hanya Rp 25.000 per kilogram.

 

Purwanto (28), pedagang bawang di Pasar Kramatjati, Jakarta Timur, mengatakan mahalnya harga bawang membuat pihaknya juga terpaksa menaikkan harga kepada konsumen. Akibatnya, omzetnya pun menurun hingga mencapai 75 persen.

"Orang yang biasanya beli satu kilo, sekarang paling cuma seperempat. Saya bawa 20 kilogram belum habis, padahal biasanya kalau harganya normal bawa 40 kilogram setiap hari selalu habis," keluhnya seperti dilansir situs beritajakarta.

Kasudin Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) Jakarta Timur, Johan Affandi mengatakan, kenaikan harga bawang merah terjadi akibat pengaruh cuaca yang terus menerus hujan, sehingga di beberapa wilayah penghasil bawang merah mengalami penurunan hasil panen. Kondisi itu membuat stok bawang merah berkurang sementara permintaan tetap tinggi.

"Selain itu, Brebes dan Ngajuk yang merupakan daerah pemasok belum panen. Menurut perkiraan kalau daerah pemasok tersebut panen, dalam 1 sampai 2 bulan ini harga bawang merah akan kembali stabil," ujarnya.

Sedangkan untuk bawang putih, katanya, bukanlah dari dalam negeri, karena sekitar 85 persen merupakan impor. Namun, saat ini jumlahnya berkurang, karena ada pembatasan impor dari pemerintah pusat, sedangkan permintaan tetap sehingga harganya pun jadi tinggi. "Kita di daerah menunggu apa yang jadi kebijakan pusat, karena kita di daerah tidak memiliki kewenangan untuk masalah impor," ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement