Senin 11 Mar 2013 14:37 WIB

Program Desa Mandiri Energi Terancam Gagal

Rep: Andi Ikhbal/ Red: M Irwan Ariefyanto
Salah satu desa di Sleman yang mencanangkan Program Mandiri Energi
Foto: ESDM
Salah satu desa di Sleman yang mencanangkan Program Mandiri Energi

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Program desa mandiri enerfi di Kabupaten Sleman terancam gagal. Penanaman Pohon Jarak yang dianggap dapat menjadi alternatif bahan bakar minyak (BBM) tidak tergarap dengan baik.

Kepala Seksi Pengendali Mutu Tanaman, Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut), Kabupaten Sleman, Sugianto mengatakan, penanaman pohon tersebut dinilai kurang menguntungkan. Akibatnya, banyak petani yang beralih tanam ke tumbuhan lain. "Kemudian, lahan pohon tersebut pun menyusut," kata Sugianto belum lama ini.

Dia menyebutkan, ada tiga daerah yang merintis proyek tersebut yakni, Kecamatan Prambanan, Kalasan, dan Turi. Di Prambanan sendiri hanya tersisa 2 hektare lahan area awalnya seluas 20 hektare. Sedangkan di Kalasan, dari 5 hektare, hanya bertahan setengah hektar.

Namun untuk Turi, lahan percobaannya masih bertahan seluas setengah hektare. Menurut Sugianto, berdasarkan laporan tumbuhan tersebut tidak menghasilkan minyak, padahal dalam pelaksanaannya ada bantuan dana sebesar Rp 12 juta hingga Rp 15 juta perkecamatan, namun tetap tidak menutup ongkos produksi.  "Pohon jarak sebenarnya cocok ditanam di area marjinal yakni lahan yang mengandung sedikit kadar air," ujarnya.

Jika berhasil mengolah, kata Sugianto, biji jarak dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar. Dari eksperimen yang dilakukannya, setiap satu ons biji jarak, bisa untuk mendidihkan hingga tiga liter air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement