Ahad 10 Mar 2013 21:08 WIB

Tempat Ibadah di Mal Butuh Peran Pemerintah

Rep: Agus Raharjo/ Red: Mansyur Faqih
Mushala di sebuah pusat perbelanjaan papan atas Jakarta. Ilustrasi
Foto: .
Mushala di sebuah pusat perbelanjaan papan atas Jakarta. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kritisnya kondisi tempat ibadah sangat memprihatinkan untuk negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dibandingkan dengan negara yang penduduk muslimnya lebih sedikit, Indonesia masih jauh tertinggal.

Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Natsir mengungkapkan hampir disemua mal di Indonesia tidak memiliki masjid dan mushola yang representatif. Kalau pun ada, biasanya mushola terletak di basement. 

Ini menunjukkan pengembang ruang publik masih sangat sekuler. Itu menjadi bukti ironis mengingat penduduk muslim negeri ini sekitar 80 persen.

Bahkan, lanjutnya, Indonesia masih kalau jika dibandingkan dengan Malaysia yang penduduk muslimnya hanya sekitar 52 persen. Di sana, pusat perbelanjaan memiliki mushola yang dibangun dengan yang sangat bagus.

Karenanya, ia pun menghimbau pemerintah untuk memerhatikan masalah tempat ibadah di mal atau kantor-kantor publik. "Pemerintah kalau memberi izin pendirian mal atau kantor publik harus mensyaratkan mushola," kata Haedar.

Ia menilai, permintaan itu sebagai hal yang wajar. Mengingat ibadah umat muslim dilakukan lima kali sehari. Terlebih, masyarakat Indonesia masih relatif taat untuk menjalankan ibadah. Tak hanya itu, mushola atau masjid yang representatif akan membuat nyaman pengunjung untuk berbelanja tanpa khawatir terlambat sholat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement