REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencitraan yang dilakukan oleh Dahlan Iskan tak lantas membuat partai politik tertarik. Termasuk untuk mengusungnya menjadi calon presiden. Alasannya, selama ini Dahlan dianggap melakukan pencitraan yang berlebihan.
"Partai politik jengah dengan pencitraan yang terlalu berlebihan yang dilakukan oleh Dahlan," kata pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Saiful Umam saat dihubungi Republika, Ahad (10/3).
Ia menambahkan, dari awal Dahlan melakukan yang luar biasa. Pencitraan tersebut dilakukan melalui medianya sendiri mau pun buku-buku yang diterbitkan.
Namun, semua itu tak menjamin dia akan didekati partai. Sebaliknya, Dahlan harus aktif yang mendekati partai politik jika ia memang berminat untuk menjadi presiden.
"Untuk menjadi presiden memang harus diusung oleh partai," kata Saiful.
Elektibilitas Meneg BUMN tersebut masih menduduki posisi paling tinggi selama sepekan terakhir. Bahkan, melampaui kandidat lain yang telah menyatakan diri maju pada pilpres mendatang.
Berdasarkan data Poiticawave, posisi Dahlan mampu mengungguli kandidat capres lain. Seperti Mahfud MD, Chairul Tanjung, Jusuf Kalla, Prabowo, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Wiranto dan Gita Wiryawan.
Meski pun begitu, ada beberapa kegiatan Dahlan yang mendapat respon negatif dari publik. Bahkan membuatnya terpuruk dari peringkat indeks elektabilitas.
Misalnya soal berita infisiensi PLN, kurang akuratnya laporan pemerasan oleh DPR dan kecelakaan mobil listrik Tuxuci. Namun kesibukannya saat ini yang dicitrakan dengan baik membuat kepercayaan media sudah pulih.