REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Budi Sugiantoro, mengatakan, kasus gizi buruk yang terjadi di wilayahnya bukan disebabkan karena kekurangan makan. Namun akibat sejumlah faktor lainnya.
Sepanjang 2012 ditemukan sebanyak 293 anak di Subang menderita gizi buruk. Dari jumlah itu Budi mengatakan, 80 persen dari penderita disertai dengan penyakit penyerta. Akibat penyakit itu, si anak kesulitan makan secara teratur.
Sementara 20 persen lainnya akibat salah pola asuh. Yakni anak dititipkan pada neneknya sementara sang ibu menjadi TKI di luar negeri. Pola asuh seperti itu berdampak pada tidak teraturnya asupan nutrisi.
"Kalau gizi buruk akibat kurang makan, belum kami jumpai," jelas Budi, Rabu (6/3).
Bagi balita gizi buruk yang menderita penyakit, Dinkes merujuknya ke rumah sakit (RS). Mereka akan terus diawasi sampai sembuh. Bila berat badannya meningkat, anak tersebut bisa diasuh di rumah. Tentunya, anak tersebut akan terus dipantau asupan nutrisinya. Karena itu, mereka terus diberi makanan pendamping ASI.
Sedangkan akibat pola asuh yang salah, pihaknya telah menurunkan petugas gizi. Petugas, akan memberikan penyuluhan terkait dengan asupan gizi yang baik. Intinya, seluruh balita yang gizi buruk ini akan terus diawasi sampai berat badan mereka normal.