REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus gizi buruk. Pasalnya, sepanjang 2012 kemarin, dari 186.008 balita dan anak-anak, 293 di antaranya menderita gizi buruk.
"Gizi buruk ini, ibaratnya fenomena gunung es," ujar Asep Jumarna, Pelaksana Penyuluh Gizi Dinas Kesehatan Subang, Rabu (6/3).
Berdasarkan survei, 293 balita yang gizi buruk itu tersebar di lima kecamatan. Yakni, Blanakan, Pusakanagara, Sagalaherang, Jalancagak serta Tanjung Siang. Balita yang gizi buruk itu, disebabkan kurangnya asupan nutrisi. Bisa saja, karena orang tuanya tak mampu (gakin). Atau anaknya memiliki penyakit bawaan.
Akan tetapi, di wilayah selatan (pegunungan), yakni Sagalaherang, Jalancagak dan Tanjung Siang, penyebab gizi buruk ini mayoritas si anak kekurangan zat yodium. Akibatnya, tumbuh kembang si anak menjadi terhambat.
Gejala anak atau balita yang gizi buruk, bisa terlihat secara kasat mata. Misalkan, pada setiap penimbangan balita di posyandu, akan terlihat grafik berat serta tinggi badan si anak. Bila tak sesuai standar, maka anak tersebut kategorinya kurang gizi. Bila berkelanjutan dan tak segera ditanggulangi, bisa mengarah ke gizi buruk.
Selain itu, dari penampilan fisik si anak akan terlihat kurus kering atau gemuk air. Bila sudah seperti itu, perlu segera ditanggulangi. Yaitu, dengan pemberian nutrisi yang sesuai dengan usianya.
Saat ini, 293 balita itu sedang intensif diawasi. Mereka, diberi makanan tambahan serta susu. Bila yang kekurangan yodium, porsinya ditambah.
"Pengawasan ini, guna mencegah hal-hal yang tak diinginkan," jelasnya.