Rabu 06 Mar 2013 19:36 WIB

Populasi Sapi Meningkat, Peternak di Sleman Bergairah

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Djibril Muhammad
Peternak sapi perah tengah memerah susu sapinya.
Foto: andikafm.com
Peternak sapi perah tengah memerah susu sapinya.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Populasi penjualan sapi di Pasar Ternak Jengkang, Ngemplak, Sleman naik mencapai 60 persen dalam beberapa tahun terakhir ini. Karena itu, swasembada sapi dinilai telah meningkatkan gairah peternak di daerah sentral pemasok daging.

Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Sleman, Suwandi Haziz mengatakan, peningkatan populasi sapi di pasar tersebut dinilai cukup signifikan. Sekarang ini, ada sekitar 500 ekor sapi yang diperjual belikan setiap harinya.

"Bahkan, peternak bukan hanya bergairah, melainkan, merasa senang karena adanya swasembada ini," kata Suwandi pada Republika usai menerima kunjungan Menteri Pertanian RI, Suswono, Rabu (6/3).

Hal serupa dikatakan seorang peternak asal Ngaliyan, Sosro (50). Dia mengatakan, harga sapinya saat ini bisa mencapai Rp 14 juta per ekor. Padahal sebelumnya hanya sekitar Rp 6 hingga 7 juta.

Dia juga berharap pembatasan impor bisa lebih ditekan, agar peternak dapat terus diuntungkan. Karena, menurut Sosro, upaya tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah terhadap peternak lokal. "Saya bisa menjual harga per kilogram harga sapi hidup per ekornya lebih dari Rp 30 ribu," katanya.

Hal itu dinilai setara dengan biaya pemeliharaan dan penggemukan sapi yang selama ini dia lakukan. Karena, setiap harinya, Sosro menyatakan, dirinya perlu menghabiskan ongkos sebesar Rp 15 ribu untuk keperluan pangan hewan ternaknya itu.

Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan, jumlah peternak di Sleman memang terlihat mengalami peningkatan. Karenanya, dia berharap, proteksi harga yang dilakukan Kementrian Pertanian saat ini, dapat terus dipertahankan. 

"Karena semakin banyak peternak, unsur hara di daerah setempat juga dapat dioptimalkan," kata Sri.

Salah satu contohnya, dia menyebutkan, dengan semakin banyaknya peternak yang membudidayakan sapi, maka kotoran hewan tersebut dapat dikuburkan agar lebih berfungsi dalam penyuburan tanah.

Mentan, Suswono menambahkan, hal semacam itulah yang perlu ditengok oleh para importir daging. Sebab, dengan lebih memaksimalkan potensi sapi lokal, akan ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh. "Namun, saya tidak anti impor," ujarnya.

Dengan begitu, bila memang nantinya hasil evaluasi dan perhitungan swasembada ternak akhir-akhir ini dinilai kurang. Maka, ia menambahkan, akan diambil dari sapi impor yang ada. Namun, saat ini, dia mengatakan, dirinya akan tetap mengupayakan potensi dalam negeri, sebagai cara untuk melindungi peternak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement