REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, mengatakan belum akan mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan vaksin Rotavirus (RV3), karena penelitiannya belum selesai.
''Sekarang penelitian vaksin RV3 kan belum selesai. Sehingga saya belum akan membuat kebijakan berkaitan dengan vaksin RV3. Kami akan menunggu bagaimana hasilnya setelah uji klinis selesai,''tuturnya, Selasa (5/3).
Penelitian vaksin RV3 ini bekerja sama dengan Murdoch Childrens Research Institute (MCRI). Mulai tahun ini yakni 2 Maret 2013 akan dilakukan uji klinis vaksin Rotavirus (RV3) di Indonesia yakni di RSUD Sleman dan RS Soeradji Tirtonegoro Klaten serta 14 Puskesmas di Sleman dan Klaten.
Rotavirus adalah penyakit yang mengancam jiwa dan mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta anak balita di dunia. Di Indonesia Rotavirus menyebabkan lebih dari 8.000 kematian pada anak-anak, 170 ribu pasien dirawat inap dan hampir 500 ribu pasien rawat jalan per tahun.
Uji klinis RV3 yang telah dilakukan di Meulbourne Australia pada usia dewasa dan anak-anak dengan satu dosis menunjukkan dapat ditoleransi dengan baik. Uji klinis juga telah dilakukan dengan sukses sejak tahun 2011 di New Zealand pada bayi-bayi baru lahir dengan tiga dosis pemberian. Setelah dilakukan uji klinis di Indonesia, rencananya vaksin tersebut akan diproduksi oleh PT Bio Farma Bandung.
Diharapkan Biofarma bisa memproduksi Vaksin RV3 dalam jumlah banyak tahun 2016 atau 2017, Dan diharapkan vaksin RV3 ini bisa masuk dalam program imunisasi nasional, kata Kepala Divisi Surveilens dan Uji Klinis Bio Farma Novilia Sjafri Bachtiar. Rencananya pemberian Vaksin RV3 ini akan dilakukan sebanyak tiga kali (dosis) sejak bayi lahir dan disesuaikan dengan jadwal pemberian vaksin dalam program imunisasi nasional.