Senin 04 Mar 2013 06:41 WIB

Masyarakat Diminta Jangan Berpikir Anak Pesantren Teroris

Rep: Ilhami Rizqi Ashya/ Red: Djibril Muhammad
Densus 88 Polri
Foto: AP
Densus 88 Polri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usulan pembubaran Densus 88 Antiteror Mabes Polti telah menjadi topik panas di berbagai kalangan. Pro dan kontra tentang penghilangan tim khusus yang bertugas memberantas terorisme itu terus berlanjut. Nama besar agama Islam pun menjadi taruhannya.

Hal tersebut terjadi karena pada beberapa kasus terorisme, atas nama jihad menjadi pengakuan beberapa tersangka. Bahkan pada kasus bom bunuh diri pun sering ditemukan surat wasiat yang mengatakan dasar tindakan mereka adalah membersihkan dunia dengan jihad.

Padahal, menurut Adian Huda, wakil MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Indonesia) di dalam Islam tidak ada ajakan untuk melakukan terorisme, apalagi bom bunuh diri. Bunuh diri sendiri merupakan tindakan yang sangat diharamkan di Islam. Jadi apapun alasannya, tidak dibenarkan.

"Jadi jangan dikait-kaitkanlah dengan islam, Islam itu mengajarkan damai dan toleransi," kata Adiah, di Jakarta, Ahad (3/3).

Adiah yang tidak mau berkomentar soal pembubaran Densus 88 hanya mengatakan, agar di masyarakat tidak tercipta pikiran setiap anak pesantren adalah teroris. "Mereka hanya belajar agama," ujarnya lagi.

Jika terdapat orang-orang yang memang berasal dari suatu forum yang mengatasnamakan Islam, tapi bertindak anarkis, Adian berharap masyarakat langsung berpikiran negatif.

Ia menekankan Islam tidak pernah mengajarkan umatnya menyakiti makhluk lain, karena itu walaupun selama ini banyak tindakan anarkis dari pihak-pihak yang mengaku berjihad atas nama Islam, itu bukan ajaran maupun suruhan dari agama Islam, termasuk terorisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement